Ahad 16 May 2021 23:20 WIB

Produksi Jarum Suntik RNI Capai 37 Juta Pcs untuk Vaksinasi

Peningkatan produksi jarum suntik RNI untuk pemenuhan vaksinasi Covid-19

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sebuah vaksin COVID-19 Sinovac beserta jarum suntik terpajang. PT Rajawali Nusantara Indonesia atau RNI melalui anak usahanya PT Mitra Rajawali Banjaran membukukan produksi jarum suntik hingga mencapai 37 juta Alat Suntik Sekali Pakai (ASSP) selama masa vaksinasi nasional sampai April 2021.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Sebuah vaksin COVID-19 Sinovac beserta jarum suntik terpajang. PT Rajawali Nusantara Indonesia atau RNI melalui anak usahanya PT Mitra Rajawali Banjaran membukukan produksi jarum suntik hingga mencapai 37 juta Alat Suntik Sekali Pakai (ASSP) selama masa vaksinasi nasional sampai April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Rajawali Nusantara Indonesia atau RNI melalui anak usahanya PT Mitra Rajawali Banjaran membukukan produksi jarum suntik hingga mencapai 37 juta Alat Suntik Sekali Pakai (ASSP) selama masa vaksinasi nasional sampai April 2021.

Direktur Utama PT RNI Arief Prasetyo Adi mengatakan sebagai upaya mendukung pemerintah dalam program vaksinasi covid, RNI telah mempersiapkan pengadaan jarum suntik sejak 2020 dan terdapat peningkatan signifikan permintaan produksi jarum suntik hingga mencapai 36.775.000 pcs pada 2020, ditambah produksi sampai April 2021 tercatat berkisar 665 ribu pcs.

"Pada 2020 permintaan produksi jarum suntik meningkat hingga 55 persen produksi jarum suntik atau ASSP dari realisasi tahun sebelumnya yakni dari 23.647.000 pcs meningkat menjadi 36.775.000 pcs," ujar Arief dalam siaran pers di Jakarta, Ahad (16/5).

Arief mengatakan peningkatan ini tentunya untuk persiapan pemenuhan kebutuhan vaksin covid pada 2021. Berdasarkan laman resmi Satgas Covid-19 per 15 Mei 2021, data vaksinasi Pertama di Indonesia telah mencapai 13.721.627 orang yang sudah melakukan vaksin sedangkan jumlah vaksinasi kedua berkisar 8.954.300 orang. Sesuai dasboard resmi Kementerian Kesehatan, sasaran jumlah vaksin pertama dan kedua ditargetkan mencapai 40.349.049 orang meliputi tenaga kesehatan, lanjut usia dan petugas publik.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyebutkan, saat ini sejumlah negara produsen vaksin covid-19 memutuskan untuk membatasi ekspor komoditas dan salah satu upayanya adalah dengan cara pengadaan vaksin Covid -19 dalam negeri. Hal yang perlu diperhatikan pemerintah selain ketersediaan vaksin adalah penyediaan jarum suntik didalam negeri mengingat kebutuhan pada 2021 akan sangat tinggi. Salah satu pemenuhannya dapat melibatkan perusahaan pelat merah BUMN.

Menanggapi hal itu, Arief menilai untuk mengakomodir kebutuhan vaksin dengan jumlah target tersebut RNI melalui anak usahanya mampu penuhi pengadaan jarum suntik untuk vaksin covid, sehingga diharapkan tidak ada krisis jarum suntik dalam pemenuhan vaksin secara nasional.

Arief menargetkan sampai akhir 2021 nanti RNI akan memproduksi jarum suntik hingga 80 juta sampai 100 juta pcs ASSP untuk kebutuhan alat kesehatan dibeberapa rumah sakit maupun untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi covid."Kami sediakan penyediaan jarum suntik dalam negeri produksi pabrik kami di Bandung mengingat kebutuhan vaksin covid terus meningkat," ungkap Arief. 

Direktur Komersial RNI Frans Marganda Tambunan mengatakan pendistribusian segmen usaha alat kesehatan seperti jarum suntik didistribusikan melalui anak usaha perusahaan lainnya di bidang distribusi dan perdagangan."Segmen alat kesehatan juga kami terapkan integrasi hulu ke hilir, pendistribusiannya melalui anak usaha RNI group, PT Rajawali Nusindo," ucap Frans.

Frans melanjutkan sistem integrasi komersial kedepan tidak tertutup kemungkinan perluasan sinerginya dengan BUMN lainnya. 

Sebagai informasi, Alat Suntik Sekali Pakai atau autodisable syringe yang diproduksi RNI melalui anak usaha PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB) telah memiliki standar qualifikasi PQS (Perfomance,Quality and Safety) dari World Health Organization atau WHO. Kualitas produk alat kesehatan RNI Group ini telah diuji oleh laboratorium independen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement