REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengalokasikan anggaran sebesar Rp 16 triliun di tahun ini untuk proyek konversi PLTD ke EBT di 200 titik.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan, upaya melakukan konversi PLTD ini untuk menekan ketergantungan impor minyak. Salah satu sumberdaya yang akan mesubtitusi PLTD ini kata Zul adalah PLTS. Namun, untuk menjaga ketahanan dari pasokan listrik nantinya PLTS ini akan disandingkan dengan baterai.
"Untuk tahap pertama kami akan mengkonversi 200 PLTD di tahun ini dengan PLTS. Saat ini prosesnya masih dalam tahap persiapan dan juga kajian wilayah," ujar Zulkifli secara virtual, Jumat (7/6).
Zul menjelaskan nantinya proyek konvesi PLTD di 200 titik pertama ini akan bisa selesai pada kuartal empat 2023 atau paling lambat kuartal pertama 2024. Untuk tahap kedua, proses pengadaan dan kajian akan dilakukan pada tahun depan dengan total PLTD yang dikonversi sebesar 500 MW yang diharapkan bisa beroperasi PLTS nya di tahun 2024 dan 2025 secara bertahap.
"Untuk tahap ketiga dengan potensi kapasitas sebesar 1.300 MW akan kami lakukan secara bertahap dan EBT sebagai subtitusinya akan disesuaikan dengan potensi EBT di wilayah tersebut," ujar Zul.
Direktur Megaproyek PLN M. Ikhsan Asaad menjelaskan untuk tahun pertama ini PLN menganggarkan dana sebesar Rp 16 triliun untuk mengkonversi PLTD ke PLTS dan Baterai. Spen 16 triliun tersebut selain untuk membeli panel surya juga untuk membeli paket baterai sebagai backbone ketika PLTS mengalami intermiten.
"Tahun ini kami anggarakan Rp 16 triliun," ujar Ikhsan saat dihubungi Republika, Ahad (9/5).