REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKARAYA -- Harga gas elpiji bersubsidi di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah di tingkat pengecer pada hari kedua Ramadhan tembus Rp 38 ribu per tabung.
"Harga elpiji 3 kilogram bersubsidi di warung atau pengecer ini jauh dari harga eceran tertinggi (HET). Saat ini mencapai Rp 38 ribu per tabung," kata Suprihatin, warga Palangka Raya, Rabu (14/4).
Ibu satu anak itu pun mengaku bingung dengan masih tingginya harga jual gas bersubsidi di wilayah ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah itu. "Entah kenapa harga gas bersubsidi tetap mahal dan sulit sekali turun. Kondisi ini juga semakin mempersulit kami memenuhi kebutuhan selama Ramadhan di tengah wabah virus corona," katanya.
Dia pun berharap kinerja pemerintah kota menstabilkan harga gas yang diperuntukkan bagi warga kurang mampu itu. Juliana warga Palangka Raya lainnya juga mengatakan hal yang serupa bahwa harga elpiji di tingkat pengecer jauh dari harga eceran tertinggi yang dikeluarkan pemerintah.
"Memang di pangkalan masih ada yang jual sesuai HET. Namun itu pun kami harus mengantre cukup panjang dan menggunakan foto kopi KTP yang berlaku satu tabung gas," katanya.
Untuk itu, agar menghindari antrean dia mengaku terpaksa membeli elpiji di pengecer meski harus diperoleh dengan harga yang jauh lebih mahal. "Memang untuk di pengecer tidak sulit mendapatkan gas. Namun yang harus menjadi perhatian pemerintah ialah harganya yang cukup menguras kantong," katanya.
Ketua Komisi B DPRD Kota Palangka Raya, Nenie A Lambung meminta pemerintah kota serius mencari penyebab masih tingginya harga elpiji 3 kg. Menurut dia kondisi tersebut cukup memberatkan masyarakat karena selain tengah terdampak pandemi Covid-19 sebagian masyarakat terutama umat Islam juga tengah menjalankan ibadah Ramadhan.
"Kami meminta pemerintah hadir di tengah kondisi warganya termasuk harus mampu menstabilkan harga elpiji di tingkat pengecer," kata Nenie.