REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (30/3) sore ditutup melemah, tertekan naiknya imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS). Rupiah ditutup melemah 35 poin atau 0,24 persen ke posisi Rp 14.480 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.445 per dolar AS.
"Rupiah tertekan sentimen kenaikan yield US treasury dari indeks dolar. Sementara itu inflasi Maret yang diperkirakan tetap rendah sebesar 1,36 persen (yoy) membatasi nilai tukar rupiah," kata Analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail dalam kajiannya di Jakarta, Selasa (30/3).
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini naik ke level 1,76 persen dari sebelumnya 1,72 persen. Kenaikan imbal hasil obligasi AS tersebut didorong naik tajamnya data Dallas The Fed Manufacturing Index bulan Maret menjadi 28,9 lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebesar 18. Kenaikan itu menjadi sinyal kuatnya aktivitas sektor manufaktur AS pada Maret.
Para pelaku pasar akan menunggu data pasar tenaga kerja AS pada Februari minggu ini yang diperkirakan semakin membaik. Sementara itu indeks dolar menguat ke level 93 hari ini di tengah kekhawatiran yang meningkat di pasar saham AS setelah terjadinya gagal bayar atau default terhadap salah satu pengelola investasi global (hedge fund) di AS.
"Dolar menjadi aset pilihan di tengah ketidakpastian tersebut," ujar Ahmad.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.450 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.450 per dolar AS hingga Rp14.497 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan rupiah melemah Rp14.481 per dolar AS, dibandingkan posisi pada hari sebelumnya Rp14.434 per dolar AS.