Senin 29 Mar 2021 17:06 WIB

Bulog Targetkan Stok Beras Tembus 1,4 Juta Ton per Mei 2021

Penyaluran beras Bulog yang riil saat ini hanya mengandalkan operasi pasar.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi gudang beras Bulog

Penyaluran beras Bulog yang riil saat ini hanya mengandalkan operasi pasar. Ia menyatakan, kurun waktu Januari-Maret 2021, realisasi penyaluran beras dalam operasi pasar hanya mencapai 140 ribu ton atau rata-rata 50 ribu per bulan. Dengan kata lain, dalam setahun kebutuhan riil beras Bulog sesuai pasar yang pasti hanya sekitar 600 ribu ton.

Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) sebelumnya menilai, pernyataan Presiden Joko Widodo terkait kebijakan impor beras masih belum jelas. Hal itu berpotensi kembali menimbulkan kegaduhan lantaran masih adanya kemungkinan impor beras pada tahun ini.

"Saya apresiasi pernyataan tersebut walaupun terlambat. Namun, pernyataan itu tidak diiringi dengan kejelasan yang lebih rinci terkait kemungkinan untuk impor," kata Koordinator Nasional KRKP, Said Abdullah kepada Republika.co.id.

Said mengatakan, para petani tentu akan berasumsi bahwa impor masih bisa dilakukan pada Juli 2021 hingga akhir tahun. Menurut Said, seharusnya presiden menjelaskan faktor-faktor yang jelas jikalau memang pada akhirnya Indonesia harus mengimpor beras.

Setidaknya ada beberapa indikasi secara umum yang membuat impor beras wajar dilakukan. Produksi dalam negeri tidak cukup, cadangan beras di Bulog minim, serta gejolak harga dalam negeri. "Menurut saya ini nanggung. Presiden minta jangan ada perdebatan, tapi ini bisa menimbulkan polemik baru," kata dia.

Lebih lanjut, ia mengatakan, tidak adanya kejelasan soal impor beras justru bisa membuat publik menilai bahwa pemerintah tetap akan melakukan impor meskipun indikasi yang membuat kebijakan impor harus ditempuh belum terpenuhi.

Padahal, kata Said, petani menginginkan agar ada kepastian yang jelas dari pemerintah agar kegiatan produksi padi tetap berjalan lancar dan mengurangi keresahan. Sebab, dikhawatirkan kebijakan impor akan melemahkan daya tawar beras dalam negeri lantara kalah saing dari sisi harga.

Meskipun demikian, ia menilai pernyataan presiden yang memastikan tidak ada impor beras pada saat panen raya kali ini cukup membantu para petani untuk dapat lebih tenang melaksanakan panen raya. Menurutnya, dampak positif terhadap psiklogis pasar juga bisa dirasakan sehingga mengurangi aksi-aksi spekulasi yang bisa merugikan petani itu sendiri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement