Senin 01 Mar 2021 10:16 WIB

IHSG Dibuka Menguat, Saham Perbankan Diborong Investor Asing

IHSG dibuka menguat ke level 6.281,85.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada perdagangan awal pekan ini, Senin (1/3). Pasar saham domestik menguat sejalan dengan indeks saham Asia yang bergerak naik pagi ini. 

IHSG dibuka menguat ke level 6.281,85 dibandingkan perdagangan sebelumnya yang ditutup di level 6.241,79. Investor asing paling banyak memborong saham perbankan dengan BBCA sebesar Rp327 miliar, BMRI Rp147,4 miliar dan BBRI Rp131 miliar. 

Baca Juga

Phillip Sekuritas Indonesia melihat investor beralih ke pasar saham setelah imbal hasil surat utang pemerintah di pasar obligasi global mengalami penurunan. "Selain itu, kenaikan indeks saham regional juga ditopang oleh optimisme atas paket stimulus fiskal Amerika Serikat (AS)," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (1/3).

Pada Sabtu (27/2), House of Representatives (DPR) meloloskan RUU Penanggulangan Covid-19 bernama American Rescue Plan senilai 1,9 triliun dolar AS. Selanjutnya, RUU ini akan di ajukan ke Senat (DPD) untuk dilakukan voting. 

Dari sisi makroeknomi, menurut riset, investor meresponspositif rilis data ekonomi AS akhir pekan lalu yang memperlihatkan Pendapatan Pribadi tumbuh 10 persen secara bulanan dan naik 13,1 persen secara tahunan pada Januari 2021.

Kenaikan ini melebihi ekspektasi yang diprediksi hanya meningkat 9,5 persen. Kenaikan pendapatan ini utamanya ditopang oleh dana Bantuan Langsung Tunai dan tunjangan pengangguran. 

Sementara itu, data ekonomi Jepang yang dirilis akhir pekan lalu memperlihatkan Industrial Production Januari 2021 tumbuh 4,2 persen secara bulanan di dorong oleh peningkatan produksi memory chip dan peralatan semikonduktor. Penjualan Ritel masih melemah dengan turun 0,5 persen setelah turun 0,7 persen pada Desember 2020.  

Di China, proses pemulihan ekonomi melambat pada Februari 2021 seiring dengan banyaknya pabrik yang tutup selama libur panjang perayaan Tahun Baru Lunar. Data Manufacturing PMI resmi China berada di level 50,6 bulan lalu, turun dari level 51,3 pada bulan Januari.

 Untuk hari ini, Phillip Sekuritas Indonesia melihat investor akan mengantisipasi rilis data Manufacturing PMI dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina dan India beserta data Caixin Manufacturing PMI China. Dari dalam negeri, investor akan memantau data inflasi bulan Februari di tingkat konsumen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement