REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (5/2) pagi melemah seiring prospek pemulihan ekonomi Amerika Serikat. Pada pukul 9.40 WIB, rupiah pada akhir pekan itu dibuka melemah 30 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp 14.045 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.015 per dolar AS.
"Rupiah bisa mendapatkan tekanan terhadap dolar AS. Saat ini dolar AS sedang menguat karena prospek pemulihan ekonomi AS," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat (5/2).
Data-data ekonomi AS yang dirilis belakangan seperti data tenaga kerja dan data survei aktivitas sektor manufaktur dan jasa, lebih baik dari ekspektasi dan masih berekspansi. Selain itu, lanjut Ariston, ekspektasi perilisan stimulus fiskal AS senilai 1,9 triliun dolar AS mendukung prospek pemulihan ekonomi AS.
"Di sisi lain, minat pasar terhadap aset berisiko masih tinggi karena prospek stimulus AS tersebut. Ini bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah," ujar Ariston.
Pagi ini, data pertumbuhan PDB Indonesia kuartal IV 2020 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bisa menjadi katalis untuk rupiah. "Bila data dirilis lebih bagus dari ekspektasi analis minus 2 persen untuk yang year on year, rupiah bisa berbalik menguat," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp13.980 per dolar AS hingga Rp14.050 per dolar AS. Pada Kamis (4/2) lalu, rupiah ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.015 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.005 per dolar AS.