REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memproyeksikan angka backlog atau jumlah kebutuhan perumahan bisa turun menjadi empat juta sampai 4,5 juta pada akhir 2030. Berdasarkan data Kementerian PUPR, jumlah backlog kepemilikan rumah sebesar 11,4 juta unit sedangkan rasio kredit pemilikan rumah (KPR) terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya tiga persen, terendah di Asia Tenggara.
Plt Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan angka backlog di Indonesia terbagi atas dua perhitungan. Pertama, angka backlog berdasarkan kepemilikan rumah sebesar 11 juta dan angka backlog berdasarkan keterhunian yang sebesar 7,5 juta rumah tangga.
“Kemampuan BTN dalam menyalurkan KPR untuk mengurangi angka backlog tersebut mencapai 200 ribu hingga 300 ribu hunian per tahunnya,” ujarnya kepada Republika.co.id, Jumat (5/2).
Nixon meyakini penurunan signifikan pada angka backlog tersebut merupakan keniscayaan. Sebab pemerintah berupaya fokus pada sektor perumahan di tengah masa pandemi, sehingga rumah menjadi penopang utama berbagai aktivitas seperti bekerja, beribadah, hingga sekolah.
“Jika ada konsistensi dan upaya bersama dari seluruh pihak baik pemerintah, asosiasi, serta dibantu bank lain, bisa ada 600 ribu unit rumah yang dibiayai per tahun. Artinya pada 2030 angka backlog bisa turun menjadi empat juta sampai 4,5 juta,” ucapnya.
Menurutnya sejak dipercaya menjadi salah satu bank penyalur program satu juta rumah pada 2015, BTN telah menyalurkan lebih dari 1,25 juta unit rumah.
“Jika dibagi rata-rata per tahun, kami telah menyalurkan KPR 250 ribu hingga 300 ribu unit rumah. Kami berkomitmen akan terus mendukung program satu juta rumah pada periode dua pemerintah,” ucapnya.