REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyatakan penyuluh pertanian adalah garda terdepan pembangunan pertanian di tingkat lapangan. Baik dalam kondisi normal, terlebih pada kondisi darurat bencana, untuk mengatasi dampak fisik dan psikologis yang dialami petani setelah lahan pertaniannya terdampak banjir.
"Penyuluh selalu siap mendampingi petani dalam kondisi apa pun. Kondisi normal maupun darurat bencana, seperti dialami saudara-saudara kita, khususnya petani di sejumlah wilayah terdampak bencana," kata Dedi Nursyamsi dalam zoom meeting Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) Kementerian Pertanian RI via Agriculture Operation Room (AOR)di Jakarta, Selasa (19/1).
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menegaskan komitmennya bahwa Kementerian Pertanian RI bergerak cepat merespons bencana di sejumlah provinsi seperti tanah longsor Sumedang di Jawa Barat, banjir besar di Kalimantan Selatan, gempa bumi di Sulawesi Barat dan erupsi Gunung Merapi di Jawa Tengah.
"Semua sektor kehidupan terganggu akibat bencana alam, tak terkecuali sektor pertanian. Pertanian harus segera bangkit, karena harus menyediakan pangan bagi seluruh rakyat," kata Mentan Syahrul.
Atas dasar itu Dedi Nursyamsi mengajak penyuluh di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota yang terdampak bencana, tetap membangkitkan semangat petani yang terdampak banjir, gempa bumi dan tanah longsor.
"Caranya? Identifikasi lahan pertanian yang terdampak bencana. Itu langkah awal membangun kembali pertanian setelah dilanda bencana alam," katanya selaku keynote speaker Ngobras Vol. 2/2021.
Dia mengingatkan penyuluh dan para fungsional pada Balai Penyuluhan Pertanian selaku Komando Strategis Pembangunan Pertanian (BPP KostraTani) di wilayah terdampak bencana, segera identifikasi lahan pertanian plus hewan ternak serta ketersediaan benih dan pupuk.