REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan pada akhir 2020. Hal itu terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia dari IHS Markit yang berada di posisi 51,3.
Angka itu meningkat dari posisi PMI Manufaktur Indonesia pada November di 50,6. Dengan begitu, selama dua bulan terakhir PMI Indonesia konsisten di atas level 50,0.
Data tersebut menunjukkan peningkatan sedang pada kondisi bisnis, dan paling tinggi selama sepuluh bulan. Kondisi operasional didorong peningkatan yang lebih tajam pada pesanan baru, atau naik selama dua bulan berjalan.
Panelis melaporkan tanda-tanda peningkatan permintaan karena gangguan pandemi Covid-19 menurun. Namun demikian, pesanan ekspor baru turun tajam.
Pertumbuhan total bisnis baru mendukung peningkatan output kedua berturut-turut pada akhir tahun. Meskipun menurun dari rekor November, laju ekspansi masih solid dan merupakan yang tercepat kedua dalam sejarah survei.
Direktur Ekonomi di IHS Markit Andrew Harker menilai, perusahaan Indonesia secara umum mencatatkan kinerja akhir positif pada 2020. Data PMI terbaru menunjukkan kenaikan dua bulan berturut-turut pada output dan pesanan baru.
"Jalan masih panjang mengingat gangguan parah yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Namun produsen setidaknya yakin dengan prospek tahun 2021," ujar Andrew melalui keterangan resmi, Senin (4/1).
Dari sisi kurang positif, sambungnya, tingkat kapasitas pada sektor tersebut begitu rendah. Maka terjadi penurunan ketenagakerjaan lebih lanjut.
"Sementara gangguan rantai pasokan yang meluas menghambat upaya mengamankan bahan baku. Perusahaan berharap, area ini akan menunjukkan tanda-tanda peningkatan pada awal 2021," kata dia.