REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Pertumbuhan output industri Jepang terhenti pada November setelah naik selama lima bulan berturut-turut. Realisasi ini semakin menggambarkan pemulihan ekonomi global yang rapuh akibat gelombang berikutnya dari infeksi Covid-19 baru-baru ini.
Ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut pulih tajam pada kuartal ketiga dari kontraksi terburuk pasca perang di kuartal kedua. Tapi, beberapa langkah lockdown di sejumlah negara besar untuk mengantisipasi penyebaran virus mengancam menurunkan permintaan terhadap produk Jepang.
Data resmi yang dirilis pada Senin (28/12) menunjukkan, output pabrik tumbuh flat pada November dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan produksi mobil dan produk plastik mengimbangi kekuatan produksi mesin serta produksi secara keseluruhan.
Seperti dilansir di Reuters, Senin (28/12), pertumbuhan output bulan lalu lebih lambat dibandingkan kenaikan empat persen pada bulan sebelumnya. Realisasi ini juga di bawah perkiraan pasar yang rata-rata memproyeksikan kenaikan 1,2 persen dalam jajak pendapat Reuters.
"Kecepatan pemulihan sedikit melambat dibandingkan yang diperkirakan," ujar ekonom senior di Shinkin Central Bank Research Institute Takumi Tsunoda.
Tapi, Tsunoda memproyeksikan tren positif terhadap output terus berlanjut. Khususnya karena kekuatan yang mendasari ekspor Jepang sangat terfokus pada Asia. Dorongan kuat terutama dikarenakan adanya permintaan terhadap produk-produk berteknologi tinggi yang sedang tumbuh.