REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) sektor pertanian hingga akhir November 2020 telah mencapai 99,4 persen atau Rp 49,7 triliun dari total alokasi sebesar Rp 50 triliun.
Mengutip data dari Kementerian Pertanian (Kementan), sub sektor yang paling banyak mendapatkan KUR yakni perkebunan sebesar Rp 15,75 triliun atau 31,67 persen. Selanjutnya diikuti tanaman pangan sebanyak RP 14,72 triliun atau 29,59 persen.
Selanjutnya posisi ketiga terbesar yang mendapatkan alokasi KUR yakni sub sektor peternakan sebanyak Rp 9,5 triliun atau 19,10 persen. Kemudian hortikultura Rp 6,28 triliun atau 12,64 persen, lalu kombinasi pertanian perkebunan dan peternakan Rp 2,7 triliun atau 5,59 persen dan terakhir jasa pertanian, perkebunan dan peternakan 706 juta atau 1,42 persen.
Adapun penyaluran KUR tersebut disalurkan kepada 1,79 juta debitur. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, besarnya alokasi KUR sektor pertanian tahun ini tetap terpakai lantaran kebutuhan para petani.
"Biasanya hanya KUR pertanian hanya Rp 7 triliun - Rp 8 triliun, sekarang RP 50 triliun dan terpakai," kata Syahrul dalam webinar Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Senin (30/11).
Syahrul mengatakan, pada tahun depan dirinya telah meminta agar sektor pertanian bisa mendapatkan tambahan alokasi KUR hingga Rp 80 triliun. Hal itu lantaran sektor pertanian saat ini menjadi penyangga ekonomi nasional dimasa pandemi hingga proses pemulihan pada tahun depan.
Adanya penambahan alokasi KUR, menurut Syahrul, bisa membantu para petani maupun pembudidaya untuk meningkatkan skala usaha sekaligus digitalisasi sistem pertanian. Selain itu, tentunya digunakan dalam merevitalisasi sarana dan prasarana pertanian miliki para petani.
"Tahun depan saya berharap ketahanan pangan kita akan terjaga untuk memastikan kebutuhan pangan dasar seluruh masyarakat," katanya.