REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kuartal III tahun ini masih menjadi tantangan bagi BUMN pertambangan, PT Timah. Kuartal III perusahaan ini mencatat kerugian sebesar Rp 255,16 miliar. Kerugian ini lebih baik dibandingkan kuartal dua yang mencapai Rp 390,07 miliar.
Direktur Keuangan Timah, Wibisono menjelaskan salah satu upaya untuk menekan angka kerugian perseroan adalah dengan memperbaiki arus kas dan EBITDA. Hal ini diharapkan bisa memperbaiki keuangan perusahaan dan membuat perusahaan semakin sehat.
“Membaiknya arus kas operasi dan EBITDA merupakan indikator sehatnya finansial TINS, sehingga perusahaan ini mampu menunaikan sebagian kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang,” ujar Wibisono dalam keterangan pers tertulis, Ahad (8/11).
Ia menjelaskan posisi arus kas operasi TINS yang naik dari Rp 3,17 triliun di kuartal II-2020 menjadi Rp 4,84 triliun di kuartal III-2020.
Indikator lain yang menunjukkan membaiknya performa keuangan TINS ada di sisi EBITDA. Pada kuartal III-2020, TINS membukukan EBITDA sebesar Rp 850,36 miliar atau meningkat dibandingkan kuartal II-2020 sebesar Rp 338,72 miliar.
Dari sisi utang jangka pendek, TINS juga terus mengalami perbaikan. Pada kuartal III-2020 posisi utang bank jangka pendek TINS berada di level Rp 4,74 triliun atau menurun 46,10 persen jika dibandingkan dengan posisi di tahun 2019 sebesar Rp 8,79 triliun. Sedangkan untuk pinjaman jangka panjang, TINS telah melaksanakan pelunasan obligasi sebesar Rp 600 miliar.
Lebih lanjut, perspektif kuartal III-2020 menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan kuartal II-2020 antara lain Gross Profit Margin (GPM) TINS yang naik menjadi 6,40 persen dari sebelumnya 3,13 persen. Disamping itu, Net Profit Margin TINS meningkat dari sebelumnya -4,89 persen menjadi -2,15 persen.
Wibisono menjelaskan, dari sisi kinerja operasi di kuartal-III 2020, TINS membukukan produksi bijih timah sebesar 34.592 ton atau turun sebesar 47,44 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 65.819 ton.
Hal ini juga mempengaruhi pendapatan keuangan TINS. Per kuartal III-2020 pendapatan TINS tercatat sebesar Rp 11,8 triliun atau lebih rendah 18,42 persen (yoy) dibandingkan kuartal III-2019 sebesar Rp 14,56 triliun.
“Penurunan produksi biji timah sangat dirasakan melihat dinamika bisnis pertimahan di Bangka Belitung di semester kedua. Tentunya hal ini juga berdampak pada pendapatan perusahaan,” terang Wibisono.
Dengan kondisi ini, TINS juga akan melakukan beberapa strategi untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Di antaranya adalah mengoptimalkan produksi dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) milik perusahaan, mereduksi angka kebocoran bijih timah, memaksimalkan upaya penegakan hukum yang terkait dengan operasi produksi pada izin konsesi perusahaan, dan tetap melakukan strategi efisiensi.
“Kami optimis kinerja akan semakin baik di kuartal IV. Tentu hal tersebut tidak mudah karenanya perusahaan berupaya dengan keras untuk saat ini. Terima kasih atas dukungannya semoga kami dapat menuju ke arah yang lebih baik,” tutup Wibisono.