REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengajak para investor baik dari dalam maupun luar negeri agar berinvestasi di Tanah Air. Ia menyebutkan ada beberapa alasan yang membuat investasi di Indonesia menarik.
Di antaranya, kata dia, pertumbuhan ekonomi dan kondisi makroekonomi Indonesia akan stabil. Setelah pandemi, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan mencapai lima persen tahun depan.
"Inflasi terkendali, nilai tukar stabil, dan ketahanan eksternal kuat. Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati terus menjadi dasar kebijakan makroekonomi ini," ujarnya dalam 3rd Indonesia Investment Day secara virtual, Selasa (27/10).
Pemerintah pun, kata dia, telah menggelontorkan stimulus fiskal masing-masing sebanyak 6,3 persen dan 5,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2020 dan 2021. BI, lanjutnya, turut memberikan stimulus moneter melalui injeksi likuiditas, penurunan suku bunga acuan, hingga mendorong pinjaman bank guna menggerakkan roda perekonomian di masa pandemi.
Jika sudah mulai pulih, kata dia, BI secara bertahap akan melepas stimulus tersebut. "Kami akan kembali ke kebijakan fiskal yang telah berlangsung lama dan tidak lebih dari tiga persen defisit," jelasnya.
Indonesia, lanjut dia, berkomitmen melakukan reformasi struktural demi mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Pemerintah juga telah mengesahkan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja guna memudahkan investasi.
Berikutnya, Indonesia menawarkan investasi infrastruktur menjanjikan, di tingkat nasional, daerah, provinsi, dan kota. "Indonesia juga mempercepat pendalaman pasar keuangan demi memberi dukungan peningkatan kebutuhan pembiayaan investasi di Indonesia. Termasuk penerbitan green sukuk untuk membiayai proyek-proyek hijau dan ramah lingkungan," jelasnya.