REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat BUMN dari Pusat Studi BUMN Syamsul Anam mengatakan konsolidasi bisnis inti BUMN yang dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir patut dinanti. Selain tengah melakukan merger bank syariah anak usaha BUMN, Syamsul menilai, Erick terus merapikan BUMN yang memiliki bisnis inti yang identik, termasuk rencana holding BUMN sektor kesehatan.
"Langkah ini merupakan bagian dari upaya restrukturisasi dan profitisasi BUMN," ujar Syamsul saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Kamis (15/10).
Syamsul menyampaikan holding BUMN dengan bisnis inti di sektor kesehatan akan meningkatkan efisiensi BUMN sektor kesehatan, mendorong kompetisi, dan akan mengisi ruang kosong produk dan jasa kesehatan yang selama ini ditutup dari impor.
Meski demikian, kata Syamsul, holding BUMN perlu dilakukan secara cermat dan berhati-hati, terutama tidak justru mendegradasi unit bisnis yang selama ini sudah sehat dan menguntungkan.
"Sebaliknya, holding diharapkan dapat mendorong BUMN lebih fokus, efisien, serta tidak lagi hanya jago kandang tapi dapat menyebrang melayani pasar regional dan global," ucap Syamsul.
Syamsul mengatakan tantangan sektor kesehatan nasional memang tidak ringan. Selain besarnya permintaan, menurut Syamsul, sektor ini juga berhadapan dengan disrupsi yang menjadikan produk dan layanan kesehatan lebih privat dan customize.
Tantangan lainnya, ucap Syamsul, datang dari tradisi konsesi, previleage, serta fraud pada operasi usaha BUMN yang acapkali menyumbang inefisiensi pada tubuh BUMN.
"Sungguh masyarakat menaruh harapan besar pada langkah-langkah Pak Menteri," kata Syamsul menambahkan.