Senin 12 Oct 2020 17:24 WIB

Kementan Targetkan Produktivitas Padi Lumbung Pangan

Kementan menargetkan padi mencapai enam ton gabar kering panen per hektare

Program food estate merupakan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mempersiapkan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menjadi lumbung pangan dan program tersebut berbeda dengan rice estate. Pengembangan food estate ini melibatkan sinergi tiga kementerian yakni Kementan, Kementerian PURP dan Kementerian Pertahanan.
Foto: Kementan
Program food estate merupakan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mempersiapkan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menjadi lumbung pangan dan program tersebut berbeda dengan rice estate. Pengembangan food estate ini melibatkan sinergi tiga kementerian yakni Kementan, Kementerian PURP dan Kementerian Pertahanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan produktivitas lahan pertanian padi pada areal lumbung pangan atau Food Estate yang saat ini dikembangkan pemerintah di Kalimantan Tengah (Kalteng) mencapai enam ton gabah kering panen (GKP) per hektare.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Sarwo Edhy di Jakarta, Senin mengatakan potensi lahan pengembangan Food Estate di Kalimantan Tengah mencapai 164.598 hektare (ha) terdiri atas lahan fungsional atau intensifikasi 85.456 ha dan lahan sisa fungsional atau ekstensifikasi 79.142 ha.

Baca Juga

"Lahan yang produktivitasnya saat ini di bawah 4 ton GKP per hektare diharapkan bisa ditingkatkan menjadi 6 ton per hektare," ujarnya.

Pada 2020, tambahnya, pemerintah menetapkan menggarap lahan seluas 30 ribu ha dan tersebar di Kabupaten Kapuas seluas 20 ribu ha dan Kabupaten Pulang Pisau 10 ribu ha. "Di lahan tersebut, pemerintah melakukan intensifikasi pada lahan-lahan yang selama ini berupa semak belukar," katanya dalam diskusi bertemakan "Food Estate Perkuat Cadangan Pangan Nasional" yang diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan).

Dia mengungkapkan sejumlah upaya untuk meningkatkan produksi pertanian termasuk di foodestate yakni ketersediaan air, benih berkualitas, dan pupuk yang tepat. "Kemudian, kita melakukan kegiatan pompanisasi dan pipanisasi, serta pengadaan alsintan, dan memfasilitasi petani agar bisa membawa hasil panennya untuk dijual," ujarnya.

Kementan, lanjutnya, juga berupaya mengubah cara bertani tradisional ke modern dengan teknologi yang sudah ada. Dengan begitu, diharapkan produktivitas bisa meningkat dan mampu memperkuat ketahanan pangan nasional.

Sementara itu, Direktur Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi) InstituteDwi Asmono menambahkan dalam pengembangan lumbung pangan harus mulai menyiapkan bibit, pemasaran, pabrik harus dibangun, dan semua harus dirancang dengan benar.

Dari sisi on farm, tambahnya, faktor penentu produksi adalah dengan melakukan pemilihan bibit unggul, pengelolaan tanah yang baik, pemupukan yang tepat, pengendalian hama dan penyakit, serta pengairan yang baik. "Kemudian, dari sisi off farm adalah bagaimana kita harus memperhatikan pascapanen serta pemasaran hasil. Jika berhasil, hal ini akan menjadi pengungkit untuk yang lain," katanya.

Dia menambahkan Peragiberkomitmen untuk mendampingi kebijakan Food Estate dengan melakukan penelitian berkelanjutan.

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan program food estate merupakan suatu keniscayaan yang harus di bangun dari sekarang, apalagi, setiap tahun jumlah penduduk Indonesia meningkat 1,3 persen.

Untuk itu, dia mendorong peran BUMN dan BUMD mendukung kelancaran program Food Estate agar berjalan dengan baik, karena program lumbung pangan ini memerlukan kelengkapan sarana dan prasarana yang baik. "Kelengkapan on farm harus tersedia mulai dari benih, pupuk, pestisida, dan traktor roda 4. Selain itu, dukungan dari teknologi modern sudah harus diterapkan," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement