Kamis 01 Oct 2020 12:31 WIB

Wapres Soroti Menurunnya Ekspor Sawit saat Pandemi

Perlu penguatan pasar domestik minyak sawit agar kinerjanya terus membaik.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolandha
Wakil Presiden RI, Maruf Amin
Foto: Setwapres
Wakil Presiden RI, Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyoroti menurunnya kinerja ekspor kelapa sawit sekitar 11 persen pada semester I 2020 jika dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal ini terjadi lantaran, berubahnya negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia yang sebelumnya didominasi negara Eropa, di tambah lagi kondisi pandemi Covid-19.

"Di masa lalu didominasi Eropa, sejak beberapa waktu terakhir telah berubah dan terdiversifikasi antara lain ke India, China, dan Afrika," ujar Ma'ruf dalam sambutannya di acara Launching Santripreneur Berbasis UKMK Sawit Sebagai Program Pemberdayaan Ekonomi Daerah melalui daring, Kamis (1/10).

Baca Juga

Ma'ruf mengatakan, penurunan ekspor sawit ini pun telah memberikan dampak negatif kepada para petani dan pelaku usaha terkait sawit. Padahal industri dan perkebunan kelapa sawit merupakan sektor andalan yang berkontribusi cukup besar terhadap pembangunan nasional.

Sebab, Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia menguasai 55 persen pangsa pasar ekspor global.

Karenanya, akibat penurunan ini, ia menilai perlunya penguatan pasar domestik minyak sawit agar kinerjanya terus membaik dan memberikan keseimbangan pada kinerja ekspor yang menurun.

Meskipun, konsumsi minyak sawit di dalam negeri masih tumbuh positif. "Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, konsumsi domestik minyak sawit di semester I 2020 sebesar 8,66 juta ton, atau secara kumulatif naik sekitar 2,8 persen," kata Ma'ruf.

Namun, ia tetap memandang perlu penguatan pasar domestik melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Kolaborasi ini penting guna memperbesar dan mempercepat proses produksi, distribusi dan pemasaran produk sawit, salah satunya pesantren.

Ma'ruf menilai, dengan kemandirian pesantren, kolaborasi program pengembangan potensi santripreneur berbasis UKMK sawit sebagai bagian dari upaya pengembangan ekonomi sektor riil di pesantren, adalah langkah tepat. Ia pun berharap, program itu dapat menggerakkan potensi ekonomi pesantren dan menggerakkan roda perekonomian daerahnya terutama pada masa pemulihan ekonomi saat ini.

Apalagi jumlah pesantren yang tersebar di seluruh wilayah tanah air saat ini berjumlah sekitar 28.194. Dimana 44,2 persen atau sekitar 12.469 di antaranya berpotensi untuk pengembangan ekonomi. 

"Melalui program ini, pesantren yang berada di daerah-daerah penghasil komoditi sawit diharapkan akan dapat berperan dalam menggerakkan roda perekonomian daerahnya," ungkap Ma'ruf.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement