REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pandemi virus corona diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan paling rendah dalam lebih dari 50 tahun di Asia Timur dan Pasifik serta China, kata Bank Dunia dalam pembaruan prediksi ekonomi, Senin (28/9). Sementara itu, hingga 38 juta orang diperkirakan akan terdorong kembali ke dalam kemiskinan.
Bank Dunia mengatakan kawasan tersebut diproyeksikan tumbuh hanya 0,9 persen pada 2020, tingkat terendah sejak 1967.
Pertumbuhan di China diperkirakan mencapai dua persen tahun ini, didorong oleh pengeluaran pemerintah, ekspor yang kuat dan tingkat infeksi virus corona baru yang rendah sejak Maret, tetapi tertahan oleh konsumsi domestik yang lambat.
"Kawasan Asia Timur dan Pasifik lainnya diproyeksikan mengalami kontraksi 3,5 persen," kata Bank Dunia.
Laporan Bank Dunia menyebutkan bahwa pandemi dan upaya untuk menahan penyebarannya menyebabkan 'pembatasan signifikan' kegiatan ekonomi. "Kesulitan domestik ini diperparah oleh resesi global yang dipicu pandemi, yang melanda ekonomi EAP (Asia Timur dan Pasifik) yang sangat bergantung pada perdagangan dan pariwisata," katanya.
Negara-negara di kawasan itu mungkin perlu melakukan reformasi fiskal untuk memobilisasi pendapatan sebagai tanggapan terhadap dampak ekonomi dan keuangan dari pandemi, sementara program perlindungan sosial dapat membantu mendukung integrasi pekerja kembali ke dalam ekonomi, kata bank yang berbasis di Washington DC itu.
"Negara-negara dengan program perlindungan sosial yang berfungsi dengan baik, dan infrastruktur implementasi yang baik, sebelum COVID, dapat meningkatkan skala lebih cepat selama pandemi," katanya.
Guncangan ekonomi dari pandemi juga diperkirakan akan menyebabkan lonjakan kemiskinan, yang didefinisikan dengan pendapatan 5,50 dolar AS (sekitar Rp81 ribu) per hari, kata bank tersebut.
Bank Dunia juga menambahkan bahwa, berdasarkan pengalaman masa lalu dan perkiraan produk domestik bruto terbaru, kemiskinan dapat meluas hingga 33 juta hingga 38 juta orang. Angka itu merupakan kenaikan pertama dalam 20 tahun.
Bank Dunia mengatakan 33 juta orang yang tadinya bisa lolos dari kemiskinan, jika tidak ada pandemi, akan tetap berada di garis kemiskinan tahun ini. "Kawasan ini dihadapkan pada serangkaian tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Victoria Kwakwa, wakil presiden untuk Asia Timur dan Pasifik di Bank Dunia.
"Tetapi ada pilihan kebijakan cerdas yang tersedia yang dapat mengurangi pengorbanan ini --seperti berinvestasi dalam pengujian dan kemampuan penelusuran dan memperluas perlindungan sosial untuk mencakup orang miskin dan sektor informal."