Hingga pengujung Agustus 2020, restrukturisasi pembiayaan yang dilakukan Mandiri Syariah sudah mencakup 29 ribu nasabah dengan outstanding Rp7,1 triliun. "Kami juga berhasil melakukan efisiensi dan bisa dilihat dari meningkatnya rasio dana murah atau CASA Mandiri Syariah per Agustus mencapai 59% persen dari total pendanaan," ujar Toni EB Subari, Direktur Utama Mandiri Syariah.
Bank syariah itu juga mencetak laba bersih tumbuh 26,58% year on year menjadi Rp957 miliar (unaudited). Hal ini ditopang pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai 13,17% secara yoy menjadi Rp99,12 triliun. Sementara itu, rasio non performing finance (NPF) perseroan berhasil ditekan 0,27 persen secara yoy menjadi 2,51 persen di periode yang sama.
Dari sisi pembiayaan naik tipis 6,18% yoy menjadi Rp76,66 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya. Segmen ritel tumbuh 12,52% menjadi Rp48,55 triliun seiring strategi fokus yang ditetapkan.
Ia mengungkapkan meski berpotensi tumbuh pesat, sejumlah tantangan harus dijawab pelaku industri perbankan syariah saat ini. Salah satunya, perbankan syariah harus terus menggencarkan upaya meningkatkan tingkat inklusi dan literasi keuangan syariah masyarakat.
Toni yang juga menjabat sebagai Ketua Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) berkata, tantangan bagi pelaku perbankan syariah adalah meningkatkan rasio inklusi dan literasi keuangan syariah masyarakat. Secara konsep layanan yang ditawarkan perbankan syariah jelas berbeda dengan bank konvensional.
Selain itu, bisnis perbankan syariah sejalan dengan prinsip keuangan berkelanjutan yang mengutamakan pengembangan manusia, alam, serta keuntungan (people, planet, profit). Perbedaan lainnya, setiap laba bersih bank syariah sudah dipotong zakat 2,5 persen. Hal ini menunjukkan adanya keseimbangan bank syariah dalam menggapai keuntungan, serta membawa manfaat bagi masyarakat.
Pernyataan Toni diamini Ekonom dan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan 2015-2020 Fauzi Ichsan. Menurutnya, data-data dan kondisi saat ini menunjukkan bahwa industri perbankan syariah memang memiliki kemampuan bertahan dari segala dampak negatif yang timbul akibat pandemi. Dari sisi pembiayaan, perbankan syariah tumbuh lebih pesat dibanding pertumbuhan kredit perbankan umum, dan ini didukung pertumbuhan dana pihak ketiga yang tinggi.
"Dengan keterpurukan sektor finansial global tapi perbankan syariah masih resilient. Bahkan karena perbankan syariah relatif muda usianya di Indonesia, beberapa bank sudah mengembangkan layanan digital lebih baik dan robust daripada bank konvensional," ujar Fauzi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur IT, Operations & Digital Banking Mandiri Syariah, Achmad Syafii menegaskan komitmen perseroan untuk terus memenuhi kebutuhan nasabah meski pandemi masih terjadi. Salah satu caranya, Mandiri Syariah mengoptimalkan layanan berbasis digital yang sudah dikembangkan sejak beberapa tahun terakhir.
Dalam mengembangkan layanan digitalnya, Mandiri Syariah tidak hanya menghadirkan beragam fitur layanan keuangan bagi nasabah. Lebih dari itu, perseroan juga mengedepankan unsur empati dan sosial.
Ada empat unsur yang dicari konsumer yakni layanan mudah, murah, cepat dan aman. Itu kami coba penuhi. Kemudian dari sisi spiritual dan sosial tidak terpisahkan dari layanan kami. "Empati itu penting, bagi kami berbagi itu terus kami leverage. Contohnya, dari setiap transaksi nasabah kami selalu tawarkan apakah mereka mau berinfak atau tidak," ujar Syafii.
Menurut Syafii, pemberian layanan berbasis empati dan kepentingan sosial relevan dengan kondisi pandemi di Indonesia. Alasannya, saat pandemi masyarakat Indonesia semakin banyak yang hendak menyalurkan bantuannya untuk korban terdampak. Tawaran bantuan sosial yang dihadirkan bisa dimanfaatkan calon donatur untuk menyalurkan hartanya.
Mandiri Syariah juga terus mengembangkan teknologi digitalnya agar bisa menghadirkan lebih banyak kemudahan untuk nasabah. Salah satunya, kini Mandiri Syariah telah memiliki infrastruktur untuk memperluas layanan berbasis API atau open banking. Perseroan juga memiliki layanan pembukaan rekening daring, dan menjadi bank syariah pertama yang menjalankan sistem online onboarding (pembukaan rekening online) di Indonesia.
Kehadiran layanan online onboarding Mandiri Syariah terbukti ampuh menjaga kinerja perseroan selama pandemi berlangsung. Achmad berkata, hingga Agustus 2020 sudah ada 140.000 rekening baru yang dibuka melalui fitur ini.
Saat ini sudah 40% pembukaan rekening dilakukan secara online. Sementara itu 95% transaksi finansial nasabah sudah dilakukan melalui kanal digital. Jumlah ini meningkat dibanding persentase transaksi digital tahun lalu yang berada di angka 85 persen. Dengan peningkatan rata-rata transaksi melalui e-channel mencapai 67% sejak 2018 lalu, manajemen optimistis ke depan lebih baik lagi.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id