REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) saat ini tengah mengkaji strategi pemulihan bisnis angkutan perkeretaapian. Sejak Maret 2020, dampak pandemi Covid-19 terasa hingga berbagai sektor, khususnya sektor transportasi jalan dan perkeretaapian.
Kepala Balitbanghub Umiyatun Hayati Triastuti menjelaskan, perlu strategi pemulihan bisnis angkutan jalan dan perkeretaapian dengan paradigma humanitarian transport. Agar bisnis angkutan orang pada transportasi jalan dan kereta api tetap berlangsung dengan baik.
Umiyatun memastikan, saat ini Balitbanghub melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian, bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan diseminasi hasil penelitian. Kebijakan pengendalian sosial telah berdampak pada turunnya volume penumpang angkutan perkeretaapian sebesar 68 persen.
"Oleh karena itu diperlukan berbagai masukan terkait strategi pemulihan bisnis di sektor transportasi ini," kata Umiyatun, kemarin.
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, Umiyatun mengatakan, jumlah bus dan jumlah penumpang pada angkutan jalan mengalami penurunan. Hal yang sama juga terjadi pada angkutan kereta api yang mengalami penurunan jumlah perjalanan.
Dari kajian yang dilakukan oleh Ahli Ekonomi UGM, Hengki Purwoto, mengungkapkan, pemulihan bisnis perkeretaapian dapat diarahkan mengadopsi Blue Ocean Strategy (BOS). "Hal ini untuk menciptakan fitur layanan baru dalam menangkap potensi yang dimiliki," kata Hengki.
Hengki menambahkan, inovasi di sektor perkeretaapian merupakan hal penting sehingga dapat menciptakan ruang pasar baru yang diperkirakan sebesar 70 persen dari saat ini. Selain itu, penerapan layanan dengan konsep adaptasi kebiasaan baru juga berpotensi menarik masyarakat untuk menggunakan moda kereta api.