Selasa 16 Sep 2025 14:04 WIB

Stimulus Ekonomi 8+4+5 Diproyeksi Serap Jutaan Pekerja Baru

Paket 8+4+5 menyasar sektor perumahan, pangan, perikanan, dan perkebunan.

Sejumlah pekerja berjalan di Kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (6/8/2025). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 tumbuh tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 sebesar 5,12% secara tahunan (year on year/yoy). pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dari pada kuartal I 2025, yakni 4,87%. Pertumbuhan ini berada di atas rata-rata,angka psikologi RI, 5%. Pertumbuhan ini mengguguli negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah pekerja berjalan di Kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (6/8/2025). Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 tumbuh tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 sebesar 5,12% secara tahunan (year on year/yoy). pertumbuhan ini sedikit lebih tinggi dari pada kuartal I 2025, yakni 4,87%. Pertumbuhan ini berada di atas rata-rata,angka psikologi RI, 5%. Pertumbuhan ini mengguguli negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro menilai paket stimulus ekonomi 8+4+5 dapat menyerap jutaan tenaga kerja baru, utamanya di sektor padat karya, informal, serta pedesaan. Selain itu, paket stimulus tersebut juga akan membentuk fondasi lebih kuat untuk meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) ke depan.

“Kombinasi stimulus tunai, insentif pajak, dan program padat karya akan menyerap jutaan pekerja baru di sektor pedesaan, informal, dan padat karya,” ujar Asmo, sapaannya, sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Seiring tambahan aliran dana langsung ke masyarakat, menurutnya, juga akan berdampak terhadap daya beli yang terjaga, terutama di kalangan kelompok rentan dan sektor padat karya.

Ia mengatakan, efeknya akan mampu menopang pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam jangka pendek, sekaligus menjaga sentimen positif di tengah ketidakpastian global.

“Insentif yang diperluas akan membantu menjaga daya beli rumah tangga dan mendukung sektor usaha padat karya tetap produktif,” kata Asmo.

Kemudian, lanjutnya, stimulus yang fokus pada sektor perdesaan dan perikanan akan memperluas basis produktivitas nasional.

Menurutnya, dukungan terhadap sektor itu akan meningkatkan kapasitas produksi domestik, memperluas nilai tambah industri, serta memperkuat ketahanan pangan dan daya saing ekspor dalam jangka menengah.

“Ini bukan hanya soal mengurangi pengangguran, tetapi juga membangun fondasi kapasitas SDM dan memperkuat ketahanan pangan ke depan,” ujar Asmo.

Selanjutnya, Ia mengatakan agenda deregulasi dan digitalisasi tata ruang akan turut memperbaiki iklim usaha, menurunkan hambatan birokrasi, serta mempercepat realisasi investasi yang lebih besar ke sektor riil.

Di sisi lain, Ia tetap mengingatkan pentingnya menjaga ruang fiskal agar pemerintah memiliki amunisi saat menghadapi ketidakpastian perekonomian di tingkat global.

“Namun, outlook defisit diperkirakan tetap di bawah 3 persen PDB (Produk Domestik Bruto), sehingga risiko makro relatif terkendali,” ujar Asmo.

Pemerintah telah meluncurkan paket stimulus ekonomi 8+4+5, sebagai upaya untuk mendorong perekonomian nasional pada tahun 2025 dan 2026.

Pada sisa 2025, ada delapan program utama dengan total anggaran Rp16,23 triliun. di antaranya, program magang lulusan baru yang menargetkan 20.000 lulusan sarjana baru (fresh graduates) dengan uang saku Rp3,3 juta per bulan selama enam bulan.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement