REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Yuyun Juriah kini bisa bernapas lega. Perempuan pemilik usaha makanan siap saji dan sambal kemasan botol, yang berlokasi di daerah Bogor Utara tersebut, tak lagi pusing dalam mengelola keuangan usaha berskala kecil dan menengah miliknya. Setelah mendapat bantuan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), perempuan tangguh ini dapat menggaji karyawan sekaligus memutar uangnya untuk operasional dan produksi usahanya. Bahkan, Yuyun makin gencar melakukan aktivitas pemasaran dan promosi, baik di berbagai kanal sosial media, maupun melalui platform belanja daring.
Kondisi serupa juga dialami Jenny Tjahyawati, yang memiliki usaha butik dan konveksi di bilangan Duren Sawit, Jakarta Timur. Semenjak pandemi Covid-19 menghajar perekonomian negeri ini, usaha Jenny pun kena imbasnya. Selain orderan yang masuk turun drastis, perempuan ini harus memutar otak agar tidak sampai melakukan PHK terhadap pekerjanya, yang sebagian besar adalah kaum perempuan.
Namun, setelah usaha Jenny mendapat bantuan dana PEN, bahkan juga pembinaan usaha dari Bank Mandiri, kemacetan usaha yang dialaminya sejak awal tahun, pelan-pelan mulai berputar kembali.
"Saya sangat tertolong oleh bantuan pemerintah melalui kredit ringan yang disalurkan Bank Mandiri sehingga, usaha konveksi kami masih bisa berjalan kembali," ujar Jenny dalam keterangan tertulisnya Senin (21/9).
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan Yuyun dan Jenny adalah sebagian kecil dari ratusan ribu debitur, yang mendapat bantuan kredit melalui program PEN yang digagas pemerintah melalui Bank Mandiri. "Kami mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional, terutama yang ditujukan kepada pelaku UMKM," katanya.
Hery menyebut hingga 17 September 2020, Bank Mandiri telah menyalurkan dana PEN mencapai Rp 36,8 triliun. Dana tersebut disalurkan kepada hampir 106 debitur dan penyaluran dana PEN ke pelaku UMKM mencapai lebih dari 105 ribu debitur senilai Rp 16,6 triliun.
Penyaluran program PEN di Bank Mandiri, dilakukan ke berbagai sektor antara lain sektor perdagangan, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan sektor lainnya. Penerima kredit program ini pun tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Tentunya, untuk menjangkau pelaku usaha yang tersebar di berbagai propinsi ditengah berlangsungnya pandemi covid-19 bukanlah hal mudah. Untuk itu, Bank Mandiri mengambil langkah sigap, di antaranya dengan mengembangkan aplikasi Mandiri Pintar. Sebuah aplikasi untuk mengakses kredit UMKM secara daring.
Kata Hery, aplikasi ini dapat mempercepat proses pengajuan dan persetujuan terhadap pengajuan kredit. Dalam mengajukan kredit, nasabah tidak perlu mendatangi kantor cabang. Selain itu, Bank Mandiri bekerja sama dengan pemerintah daerah, secara aktif melakukan sosialisasi program PEN ke penjuru tanah air.
Hery menambahkan, di luar penyaluran dana PEN, pada periode yang sama Bank Mandiri telah menyetujui permohonan restrukturisasi kredit untuk lebih dari 523 ribu debitur guna mendukung pemulihan ekonomi. Portofolio kredit yang sudah direstrukturisasi mencapai lebih dari Rp115 triliun. Dari jumlah debitur tersebut, tercatat 387 ribu lebih merupakan debitur UMKM. "Restrukturisasi debitur terdampak Covid-19 oleh Bank Mandiri juga dilakukan dalam koridor ketentuan yang ditetapkan regulator," ucap Hery.
Selain itu, lanjut Hery, Bank Mandiri juga mendukung pemerintah untuk program Bantuan subsidi gaji atau upah pekerja. Seperti diketahui, pada 27 Agustus 2020, pemerintah meluncurkan program bantuan subsidi gaji kepada pekerja atau buruh di bawah koordinasi Kementerian Tenaga Kerja dengan melibatkan beberapa institusi seperti BPJS Ketenagakerjaan sebagai penyedia data penerima bantuan dan Himbara sebagai bank penyalur.
Hery menyampaikan, hingga 16 September 2020, dari 6,4 juta rekening secara nasional, Bank Mandiri telah menyalurkan subsidi gaji ke lebih dari 3 juta rekening senilai Rp 3,7 triliun.