REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) mendapatkan pinjaman sindikasi dari lima bank asing senilai 700 juta dolar AS atau Rp 10,26 triliun. Sebagian di antara dana pinjaman tersebut akan digunakan untuk melunasi pinjaman jangka pendek (bridging loan).
“Ini digunakan untuk melunasi fasilitas bridging yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat senilai 410 juta dolar AS, itu akan ditarik segera,” kata Direktur Utama PT SMI Edwin Syahruzad di Jakarta, Kamis (10/9).
BUMN yang berada di bawah koordinasi Kementerian Keuangan itu kemudian menandatangani perjanjian dengan lima bank asing dalam Mandated Lead Arrangers and Bookrunners (MLAB). Lima bank asing dalam MLAB itu yakni MUFG Bank, United Overseas Bank (UOB), Standard Chartered Bank, Bank of China (Hong Kong), dan Chinatrust Bank (CTBC).
Edwin menjelaskan pinjaman tersebut ditarik secara parsial yakni sebesar 410 juta dolar AS dan sisanya ditarik bertahap selama satu tahun. Selain untuk pelunasan pinjaman jangka pendek (refinancing), pinjaman itu juga akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan baru yang diperuntukkan bagi pembangunan proyek-proyek infrastruktur.
Sementara itu, meski situasi perekonomian global terdampak pandemi Covid-19, namun perbankan asing dalam MLAB yakin dengan kondisi ekonomi Indonesia sehingga mereka mengucurkan pinjaman kepada SMI.
Perwakilan MUFG Bank Pancaran Affendi mengatakan Indonesia masih menjadi negara yang menjanjikan dengan ekonomi besar mewakili sekitar 50 persen produk domestik bruto (PDB) di kawasan ASEAN. “Indonesia merupakan pasar yang bertumbuh didukung pemerintahan yang bagus dan stabil,” kata Direktur Pelaksana MUFG Bank di Jakarta itu.
Sementara itu, terkait kinerja aset,SMI mencatat mencapai hampir Rp80 triliun dengan total ekuitas mencapai Rp 37 triliun. Total nilai proyek yang dibiayai SMI hingga Juli 2020 mencapai Rp 678,16 triliun dengan komitmen mendekati Rp 100 triliun.