REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komoditas pangan daging ayam disarankan menjadi alternatif tambahan berbagai program bantuan sosial pemerintah. Langkah itu dinilai dapat membantu mengerek kenaikan harga ayam tingkat peternak yang tengah anjlok sekaligus memperbanyak konsumsi protein hewani masyarakat miskin.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Rusli Abdullah, mengatakan, pangkal masalah dari persoalan harga ayam yakni ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Itu juga terlihat dari tidak adanya inflasi yang disebabkan oleh komoditas daging ayam.
"Ini bagus buat konsumen karena tidak perlu biaya tinggi, tapi bagi produsen menjadi masalah," kata Rusli kepada Republika.co.id, Kamis (10/9).
Sebagaimana diketahui, harga ayam hidup di tingkat peternak anjlok hingga jauh di bawah biaya pokok produksi yang sebesar Rp 19 ribu per kilogram. Rata-rata harga masih bertengger di bawah Rp 15 ribu per kilogram sehingga menimbulkan kerugian besar bagi peternak rakyat.
Rusli menambahkan, dampak pandemi semakim memperparah jalur distribusi produk pangan dari sentra ke pusat kota. Karena itu, ia menilai, di tengah banyaknya anggaran untuk bantuan sosial, komoditas ayam bisa dijadikan pilihan sebagai bantuan sosial bagi masyarakat kurang mampu.
Bantuan dalam bentuk tunai, kata Rusli, memang lebih baik karena penerima bisa bebas dalam menentukan komoditas yang akan dibelanjakan. Namun, di tengah situasi pandemi di mana aktivitas harus dibatasi, bantuan sosial perlu dikombinasikan dengan produk pangan agar memudahkan masyarakat.
"Menurut saya ini bagus untuk bantuan sosial tapi per daerah. Jadi ayam bisa digunakan untuk bantuan sosial berbasis daerah. Ini supaya sekaligus bisa dipetakan wilayah-wilayah sentra ayam yang produksinya banyak," kata Rusli.
Namun, kata Rusli, jika daging ayam menjadi pilihan untuk bantuan sosial, sebaiknya diutamakan untuk daerah-daerah padat penduduk agar distribusi dapat lebih cepat. Pasalnya, daging ayam membutuhkan waktu cepat karena berpotensi busuk jika disimpan dalam waktu lama.
Menteri Sosial, Juliari Batubara, mengatakan, pemerintah telah memasukkan daging ayam sebagai pilihan komoditas dalam program Kartu Sembako yang sebelumnya bernama Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Juliari mengatakan, dalam program tersebut, setiap penerima bantuan bisa membeli daging ayam sebagai salah satu bahan makanan yang disediakan oleh e-warong. Adapun saat ini, Kartu Sembako diberikan kepada 20 juta penerima dengan besaran Rp 200 ribu per bulan.
Kemensos pada pekan lalu juga telah meluncurkan bantuan sosial tambahan berupa beras sebanyak 15 kilogram (kg) khusus kepada 10 juta keluarga penerima manfaat. Data para penerima mengaju pada daftar KPM yang masuk dalam Program Keluarga Harapan (PKH).
Ditanya soal apakah ada rencana untuk menyalurkan bantuan sosial untuk komoditas ayam kepada 10 juta KPM PKH, Juliari mengatakan belum ada perintah mengenai kebijakan tersebut. "Belum ada perintah," katanya.