Jumat 21 Aug 2020 15:12 WIB

Kemenperin Dorong Industri Manfaatkan Teknologi AI

Making Indonesia 4.0 guna mendorong lahirnya ekonomi berbasis inovasi

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Artificial Intelligence. Ilustrasi
Foto: Huffingtonpost
Artificial Intelligence. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu bentuk penerapan industri 4.0 guna meningkatkan efisiensi proses manufaktur serta produktivitas industri. Hal ini sejalan dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 guna mendorong lahirnya ekonomi berbasis inovasi.

“Kalau kita lihat terminologi yang sederhana, AI mengganti fungsi manusia atau mesin dalam memproses informasi. Dengan menghasilkan machine language, semua data analitik bisa diproses, sehingga pengambilan keputusan bisa lebih cepat dan mengantisipasi kebutuhan atau permintaan pasar,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier di Jakarta, Jumat (21/8).

Baca Juga

Dirjen ILMATE menjelaskan, Kemenperin terus mendorong sektor manufaktur segera menggunakan teknologi industri 4.0 demi mendongkrak kualitas produk dan kapasitas produksinya. Sebelumnya, terdapat lima sektor yang menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0 di Tanah Air, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronik.

“Namun, di tengah pandemi Covid-19, Kemenperin menambah dua sektor lagi sebagai pionir. Pertama industri farmasi dan kedua, alat-alat kesehatan. Langkah ini sebagai komitmen pemerintah memperluas penerapan industri 4.0,” jelas Taufiek.

Sebab, sambungnya, saat ini kedua sektor tersebut sedang mengalami permintaan sangat tinggi. Sementara, lima sektor prioritas awal sudah mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional mencapai 60 persen.

“Pemerintah bertekad terus menjaga aktivitas sektor industri karena selama ini konsisten menjadi penopang ekonomi. Hanya saja karena ada pandemi Covid-19, pemerintah juga menekankan agar perusahaan industri dan kawasan industri menjalankan protokol kesehatan secara ketat,” ujar dia.

Menurut Taufiek, selain menjaga keberlangsungan usaha sektor industri, pemerintah pun fokus memacu daya saing. Salah satu strateginya yakni mendorong pemanfaatan teknologi digital seperti AI agar bisa menghasilkan inovasi.

“Menciptakan inovasi itu harus dimulai dengan memanfaatkan semaksimal mungkin teknologi modern. Dengan begitu bisa mewujudkan peningkatan nilai tambah dan ekonomi berkelanjutan. Hal ini perlu didukung melalui kegiatan riset,” jelasnya.

Terkait riset dan inovasi, Taufiek membagi menjadi dua bagian, yakni riset untuk riset dan riset untuk industri. “Kami lebih fokus pada riset membangun ekonomi. Pasalnya, dengan menggunakan teknologi AI dapat meningkatkan produktivitas, menyerap tenaga kerja serta meningkatkan skill sehingga ekspor dan PDB ikut naik, yang juga berpengaruh pada peningkatan pajak,” tutur dia.

Taufiek optimistis, apabila industri 4.0 terimplementasi secara baik di sektor manufaktur, Indonesia akan menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada 2030 sesuai aspirasi besar Making Indonesia 4.0. Selain itu, Indonesia juga mempunyai cita-cita besar menjadi negara berpenghasilan tinggi (high income country) pada 2045, bertepatan dengan perayaan 100 tahun hari kemerdekaan.

“Tentunya percepatan sasaran itu perlu ditopang dengan kesiapan dari sektor industri dan dibutuhkan SDM yang kompeten,” tutur dia. Maka Kemenperin juga memprioritaskan pengembangan SDM yang dibutuhkan oleh sektor manufaktur di era Industri 4.0.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement