REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan ketersediaan bibit menjadi kendala utama untuk memberdayakan pekarangan rumah lestari (P2L) menjadi lahan budi daya pertanian untuk pangan. Karena itu, ia meminta peran perguruan tinggi untuk ikut mengatasi masalah bibit unggul yang dibutuhkan masyarakat.
"Yang bersoal di pekarangan itu, terutama pangan lokal adalah bibit. Jadi harus ada konsentrasi yang kuat, karena pertanian adalah budi daya dan ini harus lanjut," kata Syahrul di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Selasa (4/8).
Syahrul mengatakan, program pekarangan rumah lestari (P2L) yang kembali digencarkan Kementan sebagai respons pandemi Covid-19 akan mendapat perhatian penuh. Pasalnya, berbagai alternatif cara untuk menjaga ketahanan pangan dalam negeri harus dilakukan karena terdapat potensi sulitnya impor pangan.
Tak hanya soal bibit, ia mengatakan perlu dirancang bersama perguruan tinggi dalam tahap pertanaman hingga pasca panen. Pasalnya, ia meyakini akan ada peluang-peluang usaha pertanian yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Hal itu akan membantu menggerakkan ekonomi masyarakat yang saat ini tengah amat tertekan.
"Harus dirancang dari pembibitan sampai pasca panen. Mungkin nanti bisa menjadi semi korporasi yang dikelola perguruan tinggi. Jadi program ini butuh tata kelola supaya tidak mati di tengah jalan," katanya.
Kementan telah menggandeng enam perguruan tinggi negeri untuk pendampingan P2L agar lebih masif di seluruh wilayah Indonesia. Di antaranya yakni Universitas Negeri Lampung, IPB University, Universitas Gadjah mada, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, serta Universitas Lambung Mangkurat.
Syahrul mengatakan, perlu ada keterlibatan perguruan tinggi swasta agar program pemerintah dapat lebih memiliki dampak yang luas. "Jadi kita akan gandeng tujuh perguruan tinggi, tapi yang ini harus jalan dulu baru kita buka kerja sama lagi," katanya.
Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementan, Agung Hendriadi, menambahkan, P2L saat ini diandalkan pemerintah untuk membantu upaya diversifikasi pangan ke non beras. Dalam beberapa bulan terakhir, ia mengklaim P2L mulai aktif di seluruh provinsi dengan melakukan penanaman komoditas pangan lokal setempat.
Jika P2L dapat lebih masif, Agung meyakini upaya meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas pangan dapat tercapai. "Kami sadari ini masih kecil-kecilan, karena itu kami menilai perlu menggandeng perguruan tinggi agar ini bisa berhasil dan berdampak besar," kata dia.