REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menawarkan sebanyak 60.132 unit aset properti dengan nilai Rp 9,97 triliun untuk dijual yang tersebar dari Sabang sampai Marauke. Adapun aset properti terdiri dari aset konsumer sebanyak 59.518 dengan nilai Rp 4,43 triliun, aset komersial sebanyak 583 unit dengan nilai Rp 5,25 triliun dan aset syariah sebanyak 51 unit dengan nilai Rp 295 miliar.
Direktur Utama BTN Pahala Mansury mengatakan tawaran aset properti dalam rangka kegiatan Investor Gathering Properti Murah Era New Normal. Kegiatan ini mempertemukan ratusan investor di Indonesia terdiri dari developer, agen penjualan properti, dan investor properti.
“Kegiatan penjualan aset BTN lebih menarik dibandingkan bank lain karena nilai agunan 170 persen dari pembiayaan yang disalurkan, nilai agunannya tinggi,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (30/7).
Pahala menjelaskan kegiatan Investor Gathering bertujuan untuk menggalang penjualan aset para debitur BTN yang tidak perform. Hal ini sekaligus mendorong pemulihan aset korporasi, yang tidak produktif menjadi aset yang produktif menghasilkan profit, baik ke BTN maupun ke investor baru.
Aset-aset yang ditawarkan BTN tidak hanya perumahan, tetapi juga berupa tanah, resort/kondotel, perkantoran, apartemen, gudang, hingga pabrik yang dapat dikelola atau dijual kembali oleh para investor.
“Penjualan aset lewat lelang yang dilakukan BTN adalah upaya untuk menyehatkan portofolio pembiayaan perseroan. Itu merupakan strategi penyehatan terkahir yang dilakukan jika opsi penagihan sudah tidak berhasil dilakukan,” jelasnya.
Selain melakukan penjualan aset lewat lelang, strategi lain yang dilakukan BTN untuk menangani kredit bermasalah dengan penjualan cessie ke investor baru dan melakukan inovasi.