REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Indonesia diyakini masih tertarik berinvestasi di reksa dana. Meskipun kondisi pasar modal Tanah Air sempat mencapai titik terendahnya.
Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya menagatakan, investor masih memiliki appetite yang besar terhadap produk-produk reksa dana.
Berdasarkan Data Statistik Pasar Modal pekan keempat Mei 2020 yang dilansir OJK, dana kelolaan reksa dana di Indonesia tercatat sebesar Rp 476,3 triliun atau turun 12,2 persen dibandingkan Desember 2019.
Namun perlu dicatat juga, lanjut Ivan, dari titik terendahnya di level 3.937 pada 24 Maret 2020, IHSG telah naik sebesar 30 persen ke level sekarang di 5.000-an dalam tiga bulan terakhir ini.
Ivan pun memperkirakan jumlah pembelian reksa dana bisa meningkat di kuartal III 2020. Meski demikian, minat investasi akan mulai kembali normal seperti sebelum pandemi dalam jangka waktu menengah ketika pengembangan vaksin Covid-19 sudah lebih jelas.
"Semester II-2020 diharapkan menjadi titik balik pemulihan ekonomi setelah mengalami penurunan yang dalam pada semester I, khususnya pada kuartal II-2020," kata Ivan dalam acara diskusi BizInsight online yang diadakan oleh Bank Commonwealth, Selasa (14/7).
Presiden Direktur Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana optimistis reksa dana akan menjadi primadona investasi ke depannya. Menurutnya, industri reksa dana masih akan terus berkembang. Hal itu melihat tren pertumbuhan jumlah investor baru yang semakin meningkat dan bertambah meleknya masyarakat terhadap produk-produk reksa dana, terutama pada kalangan milenial.
Meski demikian, masih ada berbagai tekanan sentimen negatif yang masih melanda pasar baik dari domestik maupun eksternal. Ia memperkirakan pertumbuhan industri reksa dana mencapai single digit di tahun ini.