REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga Batubara Acuan (HBA) bulan Juni kembali terkoreksi ke angka 52,98 dolar AS per ton atau turun 8,13 dolar AS per ton dari bulan Mei, yaitu 61,11 dolar AS per ton. Minimnya pergerakan ekonomi membuat pasar permintaan batu bara turut mengalami kelesuan, terutama di India dan China.
"Stok batu bara di India dan China terbilang cukup tinggi. Mereka masih memanfaatkan produksi dalam negeri sendiri," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Kamis (4/6).
Pengurangan suplai batu bara dari Indonesia, sambung Agung, tak lepas dari adanya pengaruh kuat dari dampak Covid-19 yang membatasi pergerakan ekonomi masing-masing negera. "Di tengah pandemi, ada kecenderungan peralihan ke sumber energi alternatif dalam negeri. Itu juga punya jadi pemicu utama selain akibat meningkatkannya hubungan China-Australia," tegas Agung.
Agung mengakui, HBA mengalami tren penurunan semenjak Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh Word Health Organization (WHO) pada pertengahan Maret lalu. Sempat menguat pada 0,28 persen pada angka 67,08 dolar AS per ton di bulan Maret dibanding bulan Februari (66,89 dolar per ton), HBA mengalami penurunan ke angka 65,77 dolar AS per ton di bulan April.
Sebagai informasi, HBA sendiri diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal per kilogram GAR.
Nantinya, harga ini akan digunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Veseel).