Rabu 13 May 2020 02:08 WIB

China Umumkan Keringanan Tarif Baru untuk Produk Impor AS

Keringanan tarif produk impor AS berlaku mulai 19 Mei 2020 hingga 2021.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas ekspor-impor di Pelabuhan Virginia, Amerika Serikat. China mengumumkan daftar baru dari produk-produk asal AS yang layak mendapatkan keringanan dari tarif pembalasan. Tarif baru ini diumumkan di tengah tekanan yang terus-menerus terhadap China untuk meningkatkan impor dari AS.
Foto: AP Photo/Steve Helber
Aktivitas ekspor-impor di Pelabuhan Virginia, Amerika Serikat. China mengumumkan daftar baru dari produk-produk asal AS yang layak mendapatkan keringanan dari tarif pembalasan. Tarif baru ini diumumkan di tengah tekanan yang terus-menerus terhadap China untuk meningkatkan impor dari AS.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mengumumkan daftar baru dari produk-produk asal AS yang layak mendapatkan keringanan dari tarif pembalasan. Tarif baru ini diumumkan di tengah tekanan yang terus-menerus terhadap China untuk meningkatkan impor dari AS.

Kementerian Keuangan China menyatakan keringanan yang baru ini mulai berlaku pada 19 Mei 2020 dan berakhir pada 18 Mei 2021. Beberapa produk yang mendapatkan keringanan adalah bijih logam bumi yang langka, bijih emas, bijih perak dan konsentratnya.

Baca Juga

Kementerian keuangan tidak mengungkapkan nilai impor dari produk-produk yang mendapatkan keringanan ini. Namun pada Februari laly, China mengatakan akan memberikan dispensasi pada 696 produk AS termasuk kacang kedelai dan daging babi.

Minggu lalu, negosiator dagang dari China dan AS menyelenggarakan diskusi melalui sambungan telepon. Diskusi ini membahas rencana implementasi Tahap 1 dari kesepakatan yang telah ditandatangani pada Januari lalu.

Dalam kesepakatan tersebut, China setuju untuk meningkatkan pembelian terhadap produk-produk AS sebesar 200 miliar dolar AS selama dua tahun. Peningkatan sebesar 77 miliar dolar AS akan dilakukan pada tahun pertama dan peningkatan sebesar 123 miliar dolar AS dilakukan pada tahun kedua.

Sebelumnya, ketegangan baru di antara China dan AS kembali mencuat akibat pandemi Covid-19. Ketegangan ini sempat menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan rencana "gencatan senjata" perdagangan antara China dan AS. Terlebih, Presiden AS Donald Trump sempat mengancam akan membatalkan perjanjian bila China tidak sanggup memenuhi komitmen pembeliannya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement