REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini jumlah petani Indonesia lambat laun mengalami penurunan. Jika terus begitu, maka 10 tahun yang akan datang Indonesia akan mengalami krisis petani, karena petani-petani di Indonesia umurnya sudah mendekati umur kurang produktif.
Berdasarkan data saat ini Indonesia memiliki 33,4 juta petani yang 30,4 juta di antaranya atau sekitar 91 persen adalah petani berusia tua. Hanya 2,5 juta atau sekitar sembilan persen yang merupakan petani milenial.
Mengatasi masalah ini, Kementerian Pertanian melakukan percepatan regenerasi petani melalui program-program Kementerian Pertanian yang bertujuan untuk menumbuhkan petani pengusaha milenial dan melahirkan start up pertanian. Salah satu upaya mempercepat regenerasi petani dilakukan melalui Pendidikan Vokasi Pertanian pada 7 Politeknik Pembangunan Pertanian di bawah Kementerian Pertanian.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan dalam Indonesian Agriculture Forum 2020 melalui video conference, Kamis (30/4), pendidikan vokasi mempunyai peran penting menghasilkan petani milenial berjiwa entrepreneur.
“Pendidikan vokasi telah dituntun dengan era yang baru. Saat ini pendidikan vokasi menjadi jawaban karena sekarang tidak hanya mengajarkan keterampilan dalam pendekatan intelektual tetapi juga sekaligus menyatukan sistem intelektual dengan manajemen orientasi seperti lapangan, dan praktis”, ujar SYL sapaannya.
Lebih lanjut disampaikan SYL, selain keterampilan intelektual, dalam vokasi di era saat ini ada pendekatan kedua yang sangat penting untuk didapatkan generasi milenial. Yaitu pendekatan karakter yang berasal dari intuisi atas pengalamannya.
“Pendidikan vokasi mampu menyatukan antara intelektual dengan karakter. Kekuatan karakter sangat penting karena akan membuatnya menjadi seorang yang kuat, mampu bertarung dan mampu mencari jalan keluar terhadap segala tantangan yang ada”, tambah SYL.
Menurutnya kapasitas lain yang didapat dari vokasi adalah kompetensi. “Kompetensi yang dibutuhkan kompetensi yang mampu berkolaborasi, kerja sama dengan orang lain dan juga kritis baik pada dirinya, lingkungan maupun ketika menghadapi masalah, yang tidak diam saja menerima apa adanya. Tidak cukup dengan itu saja ada satu hal lagi yang kaum milenial harus punya yaitu kompetisi mampu bersaing dengan kreativitas dan entrepreneurs”, kata SYL.
Dengan semua pendekatan yang diberikan dari pendidikan vokasi ini SYL yakin pertanian Indonesia akan jauh lebih maju dari negara lainnya. “Pertanian di Indonesia menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Sebab, sebagai negara tropis, pertanian Indonesia memiliki komoditas yang tidak dimiliki negara lain”, tegas Mentan Syahrul.
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi yang hadir sebagai salah satu narasumber pada seminar ini menuturkan pembangunan SDM juga menjadi salah satu program prioritas Kementan. Hal ini sejalan dengan pembangunan SDM yang menjadi visi misi Presiden.
Dan inilah yang membuat kita terus berupaya menghadirkan petani milenial. “Kementan fokus mempercepat regenerasi petani ini, salah satunya melalui pendidikan vokasi. Dari pendidikan vokasi ini akan mendorong lahirnya petani milenial yang entrepreneurship,” ujar Dedi.
Selain itu, Dedi juga menambahkan peran pendidikan vokasi sangat dibutuhkan dalam meregenerasi petani, khususnya untuk mencetak petani milenial. “Kementan juga memiliki sejumlah Politeknik pertanian yang bisa mencetak para alumni yang betul-betul job seeker maupun job creator. Sehingga nantinya diharapkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan rekan-rekannya yang lain”. tambah Dedi.
Tidak hanya itu, Kementan juga mendorong penciptaan petani milenial melalui sinergi berbagai pihak yang bersinergi dalam gerakan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) yang dalam program tersebut terdapat peningkatan kapasitas SDM salah satunya bagi petani milenial.