REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan, peningkatan realisasi investasi asing di Provinsi Maluku Utara cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pada 2017, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) di sana mencapai 0,2 miliar dolar AS dan berada pada peringkat 22 dibandingkan provinsi lainnya.
Kemudian pada 2018, realisasi investasinya meningkat menjadi 0,36 miliar dolar AS dan naik ke peringkat 18. Pada 2019 terjadi lonjakan tajam investasi di Maluku Utara, nilainya mencapai 1,0 miliar dolar AS, sehingga melesat ke peringkat 8 lokasi PMA terbesar.
Pada kuartal I 2020, provinsi tersebut menempati peringkat ketiga dengan nilai investasinya mencapai 0,77 miliar dolar AS. BKPM menilai, posisi itu menarik karena nomor 1 dan 2 PMA di periode ini ditempati oleh dua provinsi besar di Pulau Jawa, yaitu DKI Jakarta dengan nilai sebesar 0,92 miliar dolar AS dan Jawa Barat sebannyak 0,91 miliar dolar AS.
Sedangkan peringkat keempat dan kelima yakni Kepulauan Riau dengan nilai 0,40 miliar dolar AS dan Sulawesi Tenggara, nilainya sebesar 0,38 miliar dolar AS. Berarti peningkatan realisasi investasi di luar Jawa pada periode ini banyak disumbang oleh PMA di wilayah Indonesia bagian Timur.
Plt Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Farah Indriani memaparkan, daerah luar Jawa memang menjadi daya tarik bagi PMA pada kuartal I 2020. “Data ini menunjukkan, investor asing sudah mulai melirik daerah di luar Jawa, di mana banyak potensi investasi yang masih bisa dikembangkan dan tentunya didukung oleh infrastruktur memadai," ujarnya melalui siaran pers pada Kamis, (30/4).
Maluku Utara, menurutnya, bisa menjadi primadona baru di wilayah Indonesia Timur. Berdasarkan data dari Pusat Koordinasi dan Pengawalan Investasi (Pusat KOPI), realisasi investasi PMA di Provinsi Maluku Utara pada 2019 lalu didominasi oleh sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin, dan Peralatannya senilai 754,07 juta dolar AS, Pertambangan 100,87 juta dolar AS, Listrik, Gas, dan Air 76,62 juta dolar AS, Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran 67,98 juta dolar AS, dan Konstruksi dengan nilai 6,33 juta dolar AS.
Ia menambahkan, investasi di Tanah Air saat ini tidak hanya terfokus di Pulau Jawa saja, tapi juga terdistribusi ke luar Jawa. Hal tersebut terlihat dari 19 persen kenaikan porsi realisasi investasi di luar Jawa pada kuartal I 2020.
Pada periode sama 2019, realisasi investasi luar Jawa sebesar 44 persen dengan nilai Rp 85,8 triliun dan Jawa 56 persen, nilainya Rp 109,3 triliun. Realisasi investasi luar Jawa meningkat porsinya menjadi 48,6 persen sebesar Rp 102,4 trliiun, serta Jawa sebesar 51,4 persen dengan nilai Rp 108,3 triliun.
Farah memastikan, BKPM bakal terus mendorong penyebaran investasi yang merata di Indonesia. “Melihat adanya peningkatan realisasi investasi di luar Jawa dari tahun ke tahun, kami optimis investasi dapat terdistribusi merata, tidak hanya di Pulau Jawa saja,” ujarnya.