REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi virus corona, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berupaya mendorong penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Hingga Maret 2020, outstanding penyaluran KPR masih tumbuh tipis dibandingkan posisi sama tahun sebelumnya.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan mengatakan sektor properti masih menjadi salah satu sektor yang terdampak pandemi virus corona. “Kami berupaya agar kualitas aset pada segmen ini dapat terjaga baik, sekaligus membantu mengurangi kesulitan nasabah melalui strategi restrukturisasi dengan mengacu pada POJK No.11/POJK/2020,” ujarnya kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (28/4).
Rully mengakui penyaluran KPR mulai menunjukkan tren perlambatan pada April. Namun pihaknya belum dapat menjelaskan angka penurunan secara pasti karena masih dalam perhitungan perseroan.
“Atas kondisi yang terjadi pada triwulan I kemarin, kami sangat mewaspadai kondisi pasar KPR pada triwulan selanjutnya mengingat besarnya dampak pandemi corona terhadap kemampuan ekonomi dan tingkat konsumsi masyarakat. Saat ini kami cenderung lebih memfokuskan pada kualitas dari kuantitas portofolio,” jelasnya.
Sementara Executive Vice President Non Subsidized Mortgage & Personal Lending Division BTN Suryanti Agustinar menambahkan perseroan akan merevisi pertumbuhan KPR Non Subsidi sebesar nol persen sampai tiga persen. Sebab perkembangan properti di tengah pendemi virus corona mengalami penurunan terutama pada zona merah proritas.
“Orang sekarang adalah ‘Sehat’ dulu dan kebijakan diam di rumah dan jaga jarak membuat konsumen sulit mengunjungi developer untuk memilih rumah walaupun beberapa developer bisa melakukan pilih rumah dengan video conference,” ucapnya.
Menurutnya penurunan permintaan kredit juga sejalan dengan daya beli masyarakat yang juga melemah di tengah penyebaran virus corona.
“Kami sekarang lebih menindaklanjuti konsumen yang sudah pesan atau beli sebelum pendemi covid,” ucapnya.
Suryanti menyebut pada kondisi saat ini perbankan lebih selektif memberikan kredit terutama sektor-sektor yang berdampak langsung virus corona seperti transportasi, perhotelan, pariwisata, dan usaha-usaha lainnya. Pertumbuhan ekonomi juga akan terkoreksi turun apalagi dengan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berujung menurunkan pertumbuhan kredit perbankan dari rencana pertumbuhan kredit awal.