REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE) dan 20 anggota Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/ WTO) telah sepakat untuk tetap menjaga jalur perdagangan makanan dan produk pertanian secara terbuka. Kesepakatan diambil di tengah pembatasan yang dirancang tiap negara untuk menahan penyebaran virus corona baru (Covid-19).
Dalam pernyataan bersama tertanggal 22 April, para anggota WTO mengungkapkan, beberapa negara sudah memberlakukan pembatasan ekspor. Sebut saja India yang memutuskan menghentikan pengiriman ekspor ke pasar global karena kekurangan tenaga kerja dan permasalahan logistik. Sementara itu, eksportir terbesar ketiga, Vietnam, juga telah membatasi ekspor.
Padahal, berdasarkan pengalaman masa lampau, kebijakan pembatasan meningkatkan kerawanan pangan bagi kelompok masyarakat yang rentan. "Orang miskin di dunia, termasuk pekerja pertanian, akan menanggung beban peningkatan pembatasan ekspor," tutur pernyataan tersebut, seperti dilansir di Reuters, Kamis (23/4).
Negara-negara di Afrika, misalnya. WTO menilai, banyak warga Afrika membelanjakan lebih dari setengah penghasilan untuk makanan. Mereka akan menjadi kelompok paling rentan apabila pasokan makanan pokok ini mengalami gangguan.
Kelompok WTO berkomitmen untuk tidak memberlakukan pembatasan ekspor terhadap komoditas pangan sembari mempertahankan stok pangan domestik. Tercatat, negara-negara anggota WTO berkontribusi hingga 63 persen dari ekspor pertanian dan pertanian-pangan global serta 55 persen dari impor.
Kelompok WTO juga berkomitmen memastikan rantai pasokan tetap terbuka. Selain itu, segala tindakan darurat harus ditargetkan, proporsional, transaparan dan bersifat sementara. Anggota juga sepakat untuk membahas upaya meningkatkan kesiapan WTO dalam menghadapi pandemi di tingkat regional maupun internasional.
Beberapa negara yang menandatangani kesepakatan bersama ini adalah Australia, Brazil, Kanada, Jepang, Singapura hingga Meksiko.