REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Empat jenis produk pertanian asal Jawa Timur (Jatim) mencatat prestasi peningkatan ekspor di masa pandemi. Kepala Karantina Pertanian Surabaya Musyaffak Fauzi menjelaskan empat komoditas pertanian asal Jatim ekspornya melesat tajam pada periode Januari-Maret 2020.
Masing-masing adalah minyak sawit dengan total volume sebanyak 230,8 ribu ton setara nilai ekonomi Rp. 2,7 triliun. Diakuinya, ada 76 negara yang menjadi pasar ekspor komoditas unggulan ini, mulai dari Singapura, Mikronesia, Sinegal, Yunani, hingga Rusia.
"Sementara untuk komoditas kopi, laris di 36 negara masing-masing Malaysia, Armenia, Spanyol, Swiss, dan Qatar, dengan total pengiriman 16 ribu ton senilai Rp. 1,2 triliun," kata Musyaffak di Surabaya, Senin (20/4).
Musyaffak melanjutkan, terkait ekspor hewan, ada penurunan permohon sertifikasi kesehatan hewan atau health certificate (HC) sebagai persyaratan ekspor ke negara tujuan sebesar. Penurunannya sekitar 20,04 persen. Dimana di 2019 tercatat sebanyak 1.926 kali permohonan ekspor di triwulan pertama. Namun tahun ini, hanya membukukan 1.540 permohonan.
"Namun ada 2 produk sub sektor peternakan yang berhasil melapak di pasar ekspor dengan angka tertinggi, yakni SBW dan susu dan produk olahannya," ujar Mussyafak.
Selain Cina, 14 negara lain seperti Australia, Makao, Arab dan lainnya juga membeli SBW asal Jatim. Catatan totalnya sebanyak 63,8 ton yang setara dengan Rp 1,3 triliun, yang berhasil diraup para pelaku usaha wallet ini. Sementara untuk susu dan olahannya tercatat sebanyak 1,2 ribu ton dengan nilai Rp 19,3 miliar yang berhasil masuk ke 9 negara tujuan ekspor.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil mengatakan, pihaknua terus melakukan perbaikan sistem perkarantinaan. Antara lain sinkronisasi dan pertukaran data sertifikasi antar otoritas karantina negara mitra dagang dengan tujuan. Agar akseptabilitas produk pertanian yang diekspor meningkat. Cara yang dilakukan adalah digitalisasi layanan dan meningkatan sarana, prasarana dan SDM perkarantinaan.
“Karpet merah bagi pelaku usaha, khususnya eksportir siap kami berikan. Hal ini menjadi penting, selain untuk meningkatkan kesejahteraan petani selaku produsen dengan nilai tambah yang didapat, juga untuk menambah devisa kita,” kata Jamil.
Jamil mengatakan, ekspor merupakan motor penggerak ekonomi. Maka menurutnya tidak boleh berhenti walaupun ada keterbatasan gerak di tengah penyebaran Covid-19. "Kita harus kerahkan segala upaya dari hulu hingga hilir agar ekspor tetap berlangsung,” kata Jamil.
Jamil mengimbau kepada seluruh pejabat Karantina Pertanian agar tetap siaga dalam melakukan pengawasan dan pengendalian keamanan dan mutu produk pertanian, pangan, serta pakan. Sekaligus juga melakukan tugasnya dalam memfasilitasi percepatan ekspor produk pertanian.
“Dalam kondisi pandemi, kesehatan dan keselamatan bekerja bagi petugas diawasi ketat oleh masing-masing pimpinan di unit kerjanya,” ujar Jamil.