REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah ditengah mata uang regional yang justru terlihat mengalami penguatan terhadap dolar AS. Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra mengatakan keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke level 4,50 persen tidak cukup kuat menahan tekanan terhadap rupiah.
Sementara aksi jual investor asing terhadap instrumen investasi di Indonesia masih terus berlanjut. Menurut Adi, pelemahan rupiah membuat imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) terus mengalami tren kenaikan.
"Pada perdagangan pagi hari ini, imbal hasil SUN masih melanjutkan tren kenaikan ditengah berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," katanya, Jumat (20/3).
Berdasarkan data kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) yang dapat diperdagangkan per tanggal 18 Maret 2020, kepemilikan investor asing di Surat Berharga Negara senilai Rp 975,36 triliun.
Angka tersebut mengalami penurunan senilai Rp 72,79 triliun di sepanjang bulan Maret 2020 dan telah mengalami penurunan senilai Rp 86,49 triliun dibandingkan dengan posisi di akhir tahun 2019. Keluarnya investor asing dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) tidak lepas dari meningkatnya persepsi risiko.
"Ini tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS) dimana angka CDS lima tahun saat ini berada di level 269 bps," katanya. Semakin tinggi nilai CDS, maka dapat mencerminkan risiko gagal bayar (default) sebuah instrumen sedang tinggi.
Rata-rata imbal hasil Surat Utang Negara pada pagi hari ini mengalami kenaikan sebesar 13 bps. Untuk seri acuan dengan tenor lima tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 5 bps ke level 7,35 persen. Sementara tenor 10 tahun mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps ke level 8,14 persen.