REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian ESDM tetap berharap pengerjaan pabrik pemurnian atau smelter masih bisa selesai tepat waktu. Meski memang tak bisa ditampik, wabah corona membuat pengerjaan pabrik pemurnian tersendat.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono menjelaskan, saat ini rata-rata total progress pembangunan smelter berkisar angka 30-40 persen. Terutama untuk pabrik pemurnian nikel, masih mengalami progres pembangunan sesuai target.
Hanya saja, Bambang mengakui, pada kunjungannya ke pabrik pemurnian, Virtue Dragon di Konawe mengalami penundaan pembangunan beberapa waktu ini. Wabah corona memaksa para pekerja China yang pulang ke negara asalnya tak bisa masuk ke Indonesia.
"Smelter yang masih dalam tahap pengembangan ini terganggu karena tenaga kerja yang pulang ke China tidak bisa masuk lagi ke Indoesia. Virtue Dragon saat ini kan memang sedang mengembangkan pabrik baja atau stainless steel. Ada 300-400 orang pekerja tidak bisa kembali," ujar Bambang di Kantor Ditjen Minerba, Kamis (12/3).
Meski tertunda, namun Bambang berharap wabah corona ini tak berlangsung lama sehingga semua proyek bisa tetap on schedule. Ia mengatakan, jika melihat perkembangan di China saat ini memang berangsur pulih, namun sebaran pendemi ini apakah akan meluas atau tidak, ia tak punya bayangan.
"Artinya walupun terdampak kemungkinan situasi kembali lebih baik. Sebab itu, saya berharap hal ini tidak mengganggu dan tetap bisa survive baik ekspor maupun produksi. Saya harapannya seperti itu," ujar Bambang.
Meski begitu, Bambang sudah memperkirakan bila wabah ini berlangsung lama, maka target investasi kemungkinan tidak akan tercapai. "Kalau panjang investasi kemungkinan tidak tercapai tapai kalau membaik ya tercapai. Kita harapkan eksplorasi lebih baik. Saya berharap tidak jangka panjang dan investasi tercapai," ujar Bambang.