Ahad 09 Mar 2025 10:46 WIB

MIND ID Percepat Hilirisasi Mineral, Ini Dampaknya bagi Industri Indonesia

MIND ID sebut sebagian besar bahan pendukung untuk smelter dan refinery masih impor

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja melakukan perbaikan di lokasi fasilitas gas cleaning plant dan sulfuric acid plant Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Kamis (6/2/2025). Fasilitas Smelter PTFI yang mengalami kebakaran pada Senin 14 Oktober 2024 tersebut direncanakan mulai beroperasi kembali pada akhir Juni 2025 dan secara bertahap akan mencapai tingkat produksi 100 persen pada akhir tahun 2025.
Foto: ANTARA FOTO/Rizal Hanafi
Pekerja melakukan perbaikan di lokasi fasilitas gas cleaning plant dan sulfuric acid plant Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Kamis (6/2/2025). Fasilitas Smelter PTFI yang mengalami kebakaran pada Senin 14 Oktober 2024 tersebut direncanakan mulai beroperasi kembali pada akhir Juni 2025 dan secara bertahap akan mencapai tingkat produksi 100 persen pada akhir tahun 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya hilirisasi yang dijalankan oleh BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID) bertujuan meningkatkan nilai tambah komoditas mineral sekaligus menjadi solusi dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku industri. Sejumlah produk hasil hilirisasi yang dikembangkan MIND ID, di antaranya asam sulfat dan caustic soda, memiliki peran strategis sebagai bahan baku utama dalam berbagai sektor industri seperti proses pemurnian mineral hingga manufaktur.

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo mengungkapkan hingga saat ini, sebagian besar bahan pendukung untuk smelter dan refinery masih diperoleh melalui impor.

"Sebenarnya untuk mendukung refinery ataupun smelter ini juga butuh bahan-bahan pendukung yang sebagian besar sekarang ini masih impor, dan proyek strategis hilirisasi Grup MIND ID menjadi solusi untuk juga dapat menghasilkan produk-produk bahan baku industri," kata Dilo, dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Ahad (9/3/2025).

Salah satu langkah nyata adalah melalui PT Freeport Indonesia (PTFI), yang telah memulai produksi asam sulfat (H₂SO₄) di Pabrik Asam Sulfat yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebesar 1,5 juta ton asam sulfat per tahun, yang dihasilkan dari pembakaran pasir tembaga serta limbah industri seperti terak dan gipsum.

Produk tersebut memiliki peran penting dalam mendukung hilirisasi smelter dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) serta menjadi bahan baku utama bagi industri pupuk, aki, pulp, dan kertas. MIND ID bersama PT Freeport Indonesia juga tengah mengkaji produksi caustic soda, yang nantinya dapat digunakan dalam industri aluminium.

Caustic soda sendiri merupakan bahan kimia esensial yang banyak digunakan dalam proses pemurnian bahan baku hingga tahap produksi berbagai produk manufaktur.

"Jadi gak cuma satu, kita ingin melengkapi semua. Untuk kegiatan hilirisasi, produk-produk bahan baku industri yang masih bergantung pada impor kita coba untuk kurangi," ujar Dilo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement