REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mencatat telah menjual 751.122 kartu multi trip (KMT) sepanjang 2019, meningkat dengan pemberlakuan stasiun khusus KMT pada tahun lalu.
"Penjualan KMT di 2019 naik 86 persen di angka 751 ribu kartu. Sedangkan di 2018 penjualan KMT di angka 403 ribu kartu," kata VP Komersial PT KCI Karina Amanda dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (5/3). Karina menjelaskan optimalisasi penggunaan KMT dilakukan guna mendukung program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Selain itu, transaksi non tunai menggunakan KMT juga dapat mengefisiensikan waktu penumpang bertransaksi.
Pada Agustus 2019, KCI kemudian mulai memberlakukan stasiun khusus KMT yakni di Stasiun Sudirman, Stasiun Cikini, Stasiun Palmerah, Stasiun Universitas Indonesia, dan Stasiun Taman Kota. Karina pun menjelaskan dalam implementasi stasiun khusus KMT, terdapat peningkatan transaksi kartu elektronik baik melalui KMT maupun kartu bank. Sebaliknya, penggunaan Tiket Harian Berjaminan (THB) pun menurun.
Berdasarkan data KCI, sepanjang 2019 pengguna KMT mencapai 132,17 juta orang, pengguna THB 110,56 juta orang, dan pengguna kartu bank mencapai 92,56 juta orang. "Selisih penggunaan KMT dan THB ini tumbuh sekitar 6 persen dibandingkan tahun 2018 yang selisihnya sekitar 3 persen," imbuhnya.
Pada 2020, seiring dengan telah diterbitkannya izin KCI untuk menerbitkan uang elektronik berbasis chip oleh Bank Indonesia, perusahaan akan memperluas layanan KMT serta terus mengembangkan stasiun khusus yang menerima pembayaran uang elektronik baik KMT maupun kartu bank.
Lebih lanjut, Karina menjelaskan sejak triwulan keempat 2019 perusahaan telah mengimplementasikan pembayaran dengan kode respon cepat (QR Code).
"Diharapkan pada 2020 ini, kami juga akan kembangkan QR di vending machine ticketing. Kami harap ini bisa memenuhi kebutuhan layanan transaksi penumpang KRL Commuter Line," katanya.