Senin 02 Mar 2020 19:00 WIB

Corona, Pemerintah Mungkin Tambah Anggaran Kemenkes

Kemungkinan itu setelah dua kasus positif terkena virus corona Covid-19 di Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah membuka kemungkinan penambahan anggaran bagi Kementerian Kesehatan untuk mengatasi virus Covid-19. Kemungkinan itu setelah dua kasus positif terkena virus corona jenis baru itu di Indonesia.

"Ini semuanya dalam ranah Menteri Kesehatan, jadi bagaimana Bapak Menkes melakukan langkah-langkah untuk pertama mengidentifikasi, mendeteksi, containtment atau mencegah penyebarannya, itu semua akan kita dengar dari Pak Menkes soal anggaran yang dibutuhkan, anggaran tambahan, nanti kita lihat," kata Sri Mulyani di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (2/3).

Baca Juga

Presiden Joko Widodo pada Senin ini mengumumkan dua orang warga negara Indonesia (WNI) yaitu seorang wanita berusia 64 tahun dan anaknya 31 tahun di Depok, Jawa Barat, positif terjangkit virus Covid-19. Kini, keduanya sedang dirawat di RS Penyakit Infeksi Sulianti Suroso sejak 1 Maret 2020.

Terkait dampak virus corona terhadap perekonomian, Sri Mulyani mengaku penyebaran wabah tersebut mempengaruhi baik dari sisi konsumsi maupun investasi. "Kita terus melakukan koordinasi dari sisi sektor keuangan seperti yang terjadi kita lihat minggu lalu terjadi gejolak yang cukup tinggi di semua pasar modal, pasar keuangan, SUN (surat utang negara)," kata dia.

"Kita berkoordinasi dengan BI, dengan OJK, dengan LPS untuk meneliti apakah dinamika itu masih di dalam rangeyang sama dengan pola negara lain sehingga kita juga tidak melakukan overreactiontetapi kita mengamati dengan sangat detail, sangat teliti, dan menyiapkan semua langkah-langkah," ungkapnya.

Ia meminta jangan sampai pergerakan pasar yang seperti itu malah disalahgunakan oleh pihak yang ingin mengambil keuntungan sesaat. "Namun, kita melihat mekanisme pasarnya akan tetap dijaga agar stabilitas atau dalam hal ini mekanisme penyesuaiannya berjalan se-smoothmungkin," kata dia.

"Kita, OJK dan BI mempunyai instrumen intervensi tujuannya agar market bereaksi secara relatif lebih rasional terhadap kemungkinan dampak corona virus itu secara global," jelasnya.

Menurut Sri Mulyani, dari sektor produksi, khususnya bahan baku seperti plastik, tekstil, alas kaki, baja, dan chemical, pengaruh dari China sangat besar. Sebab, 20-50 persen bahan untuk industri berasal dari China.

"Kalau mereka mengalami delayatau penundaan produksi karena masalah corona ini pasti mempengaruhi Indonesia. Jadi, kita juga akan melihat langkah-langkah apa yang bisa kita lakukan untuk mendukung percepatan impor bahan baku yang sekarang ini sudah agak menipis di berbagai manufaktur," ungkapnya.

Presiden pun berpesan agar memberikan kemudahan impor bahan baku. "Contohnya seperti importir yang bereputasi tinggi ada sekitar 500 importir atau 40 persen dari impor kita itu mestinya dibebaskan untuk melakukan pengadaan bahan baku agar mereka tidak terhalang perizinan, surat dan lain-lain, pokoknya mereka impor sehingga produksinya berjalan baik, mereka minta restitusinya dipercepat," jelas Sri Mulyani.

Selanjutnya Kemenkeu juga berkoordinasi dengan Kemnterian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan untuk melihat peta dari industri manufaktur yang terkena dampak paling besar. "Kalau terhadap pertumbuhan ekonomi, terhadap harga minyak, nilai tukar yang sekarang ini bergerak tentu itu semuanya akan memengaruhi. Kita dalam posisi fokus kita adalah APBN menempatkan diri sebagai instrumen untuk menjaga agar stabilitas keuangan sektor ekonomi dan sektor keuangan kita itu tetap bisa terjaga," ungkap.

Namun, ia belum dapat memberikan angka persis mengenai perkiraan koreksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Kita masih akan lihat terus, nanti kuartal pertama 2020 akan terlihat di seluruh dunia terutama Tiongkok dan pengaruhnya ke dunia kemudian pengaruhnya ke kita sendiri. Nanti dalam beberapa bulan ke depan ada angkanya," tambah Sri Mulyani.

Hingga Senin pagi terkonfirmasi 88.383 orang terinfeksi virus corona dengan 2.995 kematian sedangkan sudah ada 42.792 orang yang dinyatakan sembuh. Di China mencapai 79.827 kasus, Korea Selatan 3.736 kasus, Italia 1.694 kasus, dan Iran 978.

Kasus kematian di Iran menjadi yang paling tinggi di luar China yaitu 54 kematian. Sudah ada 65 negara termasuk Indonesia yang mengonfirmasi kasus positif Covid-19 di negaranya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement