REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Ekonomi Syariah STEI SEBI, Azis Setiawan, menilai respon investor terhadap green sukuk sangat baik. Hal itu terlihat dari daya serap pasar yang selalu tinggi setiap kali pemerintah menerbitkan intrumen syariah tersebut.
"Konsep green yang ditawarkan menjadi daya tarik tersendiri di tengah ramainya isu perubahan iklim, di mana investor dengan preferensi khusus, tentunya akan sangat menyambut baik dari penerbitan green sukuk," kata Azis, Ahad (1/3).
Menurut Azis, penerbitan green sukuk merupakan strategi yang positif untuk diversifikasi basis investor. Green sukuk menghadirkan tipe investor baru yaitu green investor. Green investor ini tertarik untuk berinvestasi dengan fokus kepada penyaluran hasil dari penjualan green sukuk ini terhadap proyek-proyek ramah lingkungan.
Azis mengungkapkan, besaran komposisi dari tipe green investor ini pada penerbitan green sukuk pertama Maret 2018 lalu cukup besar, yaitu sebesar 29 persen. Namun, dengan munculnya tipe green investor juga menjadi tantangan untuk penerbitan green sukuk.
Untuk mempertahankan kepercayaan dari green investor, menurut Azis, penerbit harus dapat menyajikan pelaporan yang transparan dan akuntabel dari hasil penjualan green sukuk beserta dampaknya terhadap lingkungan. Sistem pelaporan yang baik, akan membangun kepercayaan green investor, bahkan dapat meningkatkan jumlah komposisi dari green investor.
Tidak hanya yang diterbitkan negara, green sukuk korporasi juga akan tetap diminati oleh para investor selama fundamental perusahaanya baik. "Berkaca dari penerbitan-penerbitan sebelumnya akan tetap memiliki potensi yang tinggi," tutur Azis.
Azis melihat, potensi ini akan semakin besar jika pemerintah dan berbagai pihak dapat mengedukasi masyarakat mengenai green sukuk korporasi tersebut. Meski potensi dari green investor ini sangat tinggi, banyak dari mereka yang belum mengetahui mengenai green sukuk.