Jumat 28 Feb 2020 19:36 WIB

Inka Yakin Bisa Menangkan Tender di Bangladesh

Inka bersaing dengan India dan China dalam proses tender di Bangladesh.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
PT Industri Kereta Api (Inka).
Foto: Wikipedia
PT Industri Kereta Api (Inka).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka siap meningkatkan ekspansi di kancah mancanegara. Dirut Inka Budi Noviantoro mengatakan saat ini Inka tengah mengikuti proses tender 1.050 kereta barang di Bangladesh. Inka telah menyerahkan seluruh dokumen yang diperlukan dalam proses tender.

Inka, kata Budi, bersaing dengan India dan China dalam proses tender tersebut. Budi optimistis Inka mampu memenangkan tender mengingat rekam jejak Inka dalam proyek pengadaan kereta api. Selain itu, Budi menilai harga yang ditawarkan Inka relatif lebih kompetitif dibanding kedua pesaing.

Baca Juga

"Selain ini, masih ada lagi lelang kira-kira 200 gerbong penumpang, pertengahan tahun ini lelangnya," ujar Budi saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Jumat (28/2).

Budi berharap Inka kembali dipercaya menggarap pasar Bangladesh. Hal ini akan meneruskan pencapaian positif Inka yang telah memenuhi pesanan kereta api Bangladesh pada tahun-tahun sebelumnya. Budi menyebut pendanaan produksi nantinya akan berasal dari uang muka serta bantuan modal kerja apabila dibutuhkan.

"Kalau kurang dengan modal kerja, nanti dari perbankan kita, tapi biasanya untuk dapat modal seperti kemarin dari Exim bank supaya bunga murah," ucap Budi.

Budi menjelaskan keberhasilan Inka di Bangladesh dan Filipina tak lepas dari kegigihan perusahaan dalam meyakinkan pasar saat mengikuti tender. Budi menyebut Bangladesh dan Filipina masih menjadi tujuan utama ekspor Inka. Selain itu, Inka juga tengah melirik pasar Sri Lanka.

Meski begitu, Inka tak ingin berpuas diri. Budi menyambut baik pertemuan Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Kereta Api Bangladesh Nurul Islam Sujon di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (28/2). Budi mengatakan, Erick dan Sujon mendorong adanya kerja sama antara BUMN Indonesia dan Bangladesh.

"Pembicaraan keduanya tidak hanya lelang kalau bisa kerja sama," kata Budi.

Budi mengatakan dalam kerja sama tersebut, KAI terlibat dalam membantu infrastruktur rel di Bangladesh serta peningkatan kapasitas, di mana KAI menawarkan pelatihan SDM Bangladesh dengan menggunakan fasilitas KAI yang ada di Bandung.

"Sebetulnya di pengadaan itu ada paket pelatihan. Inka juga kirim orang di Bangladesh untuk meningkatkan servis ada 8 sampai 10 orang Inka di sana. Tadi Menteri Kereta Api Bangladesh mengharapkan adanya pelatihan lebih luas lagi untuk operasional," lanjut Budi.

Budi menilai kerja sama ini sangat penting mengingat Indonesia bersaing dengan Cina yang memiliki pendanaan lebih menarik dengan skema pinjaman lunak.

"Ke depan kita khawatir kalau Inka menang (tender) terus, lalu China bawa duit masuk Bangladesh, kalau bawa duit susah artinya soft loan," ucap Budi.

Oleh karenanya, Erick dan Nurul, kata Budi, mendorong Inka dan KAI serta perusahaan Bangladesh mendorong melobi Asian Development Bank (ADB) dan Bank Dunia untuk membantu pendanaan.

Selain Bangladesh, Inka juga ingin menggarap pasar Afrika. Budi menyebut Afrika sebagai pasar potensial namun terkendala keterbatasan dana dari negara-negara Afrika.

"Afrika butuh semua, uangnya tapi terbatas, butuh skema baru, misal mereka punya tambang nanti biar teman-teman BUMN pertambangan masuk ke sana," ungkap Budi. 

Ia mencontohkan perbatasan rel Mali-Senegal sepanjang 1.200 km yang memerlukan rehabilitasi lantaran sudah rusak.

"Tahun lalu sebetulnya Senegal sudah mau beli tapi tidak ada pendanaan. Kita sekarang  lagi cari pendanaan asalkan mereka kasih berapa kompensasi misal tambang oke kita kelola, itu modelnya," kata Budi.

Selain ekspansi ke luar, Inka juga tengah berupaya merampungkan pembangunan pabrik di Banyuwangi yang saat ini sudah mencapai 60 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement