Senin 24 Feb 2020 15:45 WIB

Saham BUMN Dinilai Menarik Tahun Ini

PER saham BUMN masih terbilang rendah sehingga prospek pertumbuhan masih baik. 

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolanda
Pengunjung beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/2/2020)).
Foto: ANTARA FOTO
Pengunjung beraktivitas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di galeri PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (4/2/2020)).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham-saham kepunyaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai cukup menarik dan layak untuk dikoleksi tahun ini. Pasalnya, perbandingan harga saham dengan laba bersih perusahaan (PER) disebut masih terbilang rendah sehingga prospek pertumbuhan masih baik. 

"Sebagian emiten BUMN merupakan emiten berkapitalisasi besar, valuasi yang rendah membuat emiten BUMN semakin atraktif," kata Analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama, Senin (24/2).

Berdasarkan data RTI, di sektor kontraktor, saham milik PT Waskita Karya Tbk (WIKA) memiliki PER 9,56 kali. Sementara di sektor perbankan, saham milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) memiliki PER 9,18 kali.

Adapun dari sektor telekomunikasi yaitu saham milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) memiliki PER 16,49. Sedangkan di sektor energi terdapat PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan PER 14,75. 

Sementara itu, analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan saham-saham BUMN menarik lantaran memiliki nilai dividen yang besar. Sementara untuk sektor konstruksi, saham BUMN sangat menarik karena adanya faktor pembangunan ibu kota baru.

"Perolehan kontrak di ibu kota baru dapat mendongkrak perolehan kontrak perusahaan konstruksi" kata William.

William pun menyoroti langkah Kementerian BUMN yang mendorong perusahaan pelat merah untuk menaikkan nilai dividen sebagai upaya menarik minat investor. Menurutnya, langkah tersebut hanya efektif untuk jangka pendek. 

Langkah menaikkan dividen dikhawatirkan bisa menjadi dividen trap apabila yield-nya terlalu besar dan hanya terjadi pada tahun ini saja. Dia melihat, cara yang paling efektif untuk menarik investor yaitu dengan meningkatkan kinerja perusahaan. 

"Bagaimana pun juga investor akan lebih suka investasi pada emiten yang keuangannya bertumbuh," tutup William.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement