REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) beserta afiliasinya disebut menjadi salah satu penggerak pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal tersebut tecermin dari porsi kapitalisasi pasar saham BUMN di BEI.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan, kapitalisasi saham BUMN dan afiliasinya meningkat 105 persen dalam 10 tahun terakhir. Per 27 April 2021, kapitalisasi pasar saham BUMN tercatat sebesar Rp 1.677 triliun, naik dari Rp 817 triliun pada 2011.
Mengacu pada nilai kapitalisasi pasar tersebut, menurut Inarno, saham-saham BUMN dan afiliasinya menguasai 24 persen dari total kapitalisasi pasar. Adapun BUMN yang telah tercacat di BEI saat ini berjumlah 34 perusahaan.
"Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa saham-saham BUMN merupakan penggerak pasar saham di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)," kata Inarno, Kamis (29/4).
Inarno juga mengatakan, data-data tersebut menunjukkan ketertarikan investor pasar modal Indonesia untuk berinvestasi di saham-saham BUMN, terlebih di saham berbasis syariah. Sama halnya seperti saham BUMN, saham syariah juga kian diminati oleh investor.
Selama 10 tahun terakhir, Inarno menjelaskan, pasar mod syariah telah berkembang secara masif. Sejak 2011, jumlah saham syariah meningkat secara pesat sebesar 84 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan saham-saham nonsyariah yang hanya sebesar 44 persen.
Menurut Inarno, peningkatan juga terjadi dari sisi aktivitas perdagangan. Rata-rata nilai transaksi harian atas saham syariah tercatat sebesar 14 per tahun yaitu dari Rp 2,41 triliun pada 2011 menjadi Rp 8,19 triliun per 27 April 2021.
Oleh sebab itu, Inarno menegaskan, BEI menyambut baik inisiatif pembentukan iindeks saham syariah baru atas saham-saham BUMN yaitu IDX- MES BUMN 17. Indeks ini merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 17 saham syariah BUMN dan afiliasi yang memiliki kapitalisasi pasae besar serta likuiditas dan fundamental yang baik.
Inarno berharap indeks ini bisa menjadi acuan bagi penciptaan produk investasi berbasis indeks syariah seperti reksadana indeks syariah atau ETF syariah. Sehingga investor syariah bisa mudah berinvestasi pada saham BUMN syariah.
"Dalam jangka panjang, indeks ini diharapkan dapat berkontribusi untuk perkembangan pasar modal syariah Indonesia," tutup Inarno.