Kamis 17 Oct 2024 18:55 WIB

Harapan BEI, Makin Banyak BUMN IPO di Pemerintahan Prabowo

Saham BUMN memiliki daya tarik bagi investor di pasar modal.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap 2025 menjadi tahun yang tepat bagi lebih banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usaha BUMN untuk melantai di bursa, (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap 2025 menjadi tahun yang tepat bagi lebih banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usaha BUMN untuk melantai di bursa, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap 2025 menjadi tahun yang tepat bagi lebih banyak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usaha BUMN untuk melantai di bursa melalui penawaran umum perdana saham atau IPO. Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan pemerintahan baru di bawah presiden terpilih Prabowo Subianto dapat menjadi momentum bagi lebih banyak BUMN untuk IPO. 

"Kita tahu peran BUMN bagi pasar modal karena itu kita berharap dengan kabinet baru, presiden baru wapres baru apa sih harapan bursa kepada BUMN-BUMN," ujar Iman di ruang media, Gedung BEI, Jakarta, Kamis (17/10/2024).

 

Iman menyampaikan saat ini telah terdapat 37 BUMN yang telah IPO dengan rincian 14 BUMN dan 23 anak usaha BUMN. Iman menyebut lima BUMN dan satu anak usaha BUMN yang memiliki kontribusi signifikan terhadap Inddeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

 

"Ada lima BUMN yang cukup besar, BNI, Mandiri, BNI, Telkom, dan Semen Gresik, ditambah lagi BSI sekarang yang punya cukup kapitalisasi besar," ucap Iman. 

 

Iman berharap keberlanjutan yang menjadi fokus pemerintahan Prabowo juga dapat terjadi pada aspek IPO BUMN. Iman mengatakan saham BUMN memiliki daya tarik bagi investor di pasar modal. 

 

"Kita berharap dari pemerintah yang baru ini ada tambahan (IPO), terutama untuk BUMN-BUMN dengan size yang besar. Jadi keberlanjutan program pemerintah terhadap perusahaan Tbk yang BUMN sangat kita nantikan," lanjut Iman. 

 

Iman menyampaikan IPO BUMN terakhir dilakukan oleh anak usaha Pertamina, Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) pada Februari 2023. Iman berharap semakin banyak BUMN yang mendorong anak usahanya melantai di bursa pada tahun depan. 

 

Iman menyampaikan 14 BUMN Indonesia yang IPO masih relatif lebih sedikit ketimbang 28 BUMN Malaysia yang telah IPO atau 400 BUMN Cina yang telah melantai di bursa. Iman menyebut anak-anak usaha BUMN seperti anak usaha PLN, Inalum, PTPN juga punya potensi untuk go public. 

 

"Pertamina itu anak usaha baru tiga (IPO), PLN tidak ada, paling banyak (BUMN) karya. Kita butuh juga BUMN besar itu, minimal anak-anak usahanya bisa go publik," sambung Iman. 

 

Dalam pipeline 2024, Iman menyebut tidak ada daftar BUMN atau anak usaha BUMN yang IPO. Iman mengatakan rencana PT Pertamina Hulu Energi yqng sempat hendak IPO namun tertunda. 

 

Iman menduga tahun politik menjadi salah satu faktor bagi BUMN dan anak usaha tidak melantai di bursa pada tahun ini. Iman menilai faktor waktu merupakan hal yang sangat krusial bagi BUMN yang hendak IPO. 

 

"Sektornya mungkin yang tidak tepat karena terutama persiapan BUMN tidak sama dengan swasta, perlu waktu dan mungkin ada mekanisme tertentu, di samping kemarin wait and see ada pemilihan (pemilu)," lanjut Iman. 

 

Imam meyakini situasi tersebut akan berubah pada tahun depan yang membuat BUMN maupun anak usaha BUMN bisa kembali mempersiapkan untuk IPO. Terlebih, ucap Iman, indikator pasar modal yang positif dengan meningkatnya IHSG serta trust investor asing yang mencapai 40 persen.

 

"Dari sisi investor asingnya signifikan naik, hari ini year to date kita sudah bicara Rp 40 triliun masuk dari asing, ini juga salah satu indikator di pasar modal. Jadi kita berharap mungkin 2025 mulai akan ada BUMN dan anak usaha BUMN, misalnya anak usaha Pertamina, Inalum PTPN itu mungkin bisa bisa tercatat di bursa dengan size yang besar," kata Iman. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement