Senin 24 Feb 2020 11:27 WIB

2019, PLN Disjaya Kantongi Pendapatan Rp 43,12 Triliun

Penjualan listrik PLN Disjaya naik 4,05 persen menjadi 34,1 Twh.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Kereta Rel Listrik (KRL) melintas dengan latar belakang gedung betingkat di Jakarta, Sabtu (4/1/2020). Pada 2019 tercatat penjualan listrik PLN Disjaya sebesar 34,1 TwH atau naik 4,05 persen dibandingkan 2018 yang sebesar 32,78 TwH.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Kereta Rel Listrik (KRL) melintas dengan latar belakang gedung betingkat di Jakarta, Sabtu (4/1/2020). Pada 2019 tercatat penjualan listrik PLN Disjaya sebesar 34,1 TwH atau naik 4,05 persen dibandingkan 2018 yang sebesar 32,78 TwH.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN Distribusi Jakarta Raya pada 2019 kemarin mengantongi pendapatan sebesar Rp 43,12 triliun. Pendapatan ini naik 4,28 persen jika dibandingkan 2018 sebesar Rp 41,35 triliun.

General Manager, PLN Disjaya, M Ikhsan Asaad menjelaskan pendapatan ini didapat oleh perusahaan karena kenaikan penjualan listrik. Pada 2019 tercatat penjualan listrik PLN Disjaya sebesar 34,1 TwH atau naik 4,05 persen dibandingkan 2018 yang sebesar 32,78 TwH.

Baca Juga

Ia mengatakan penjualan mayoritas bersumber dari pelanggan rumah tangga yang mencapai 14 TWh. Kemudian diikuti pelanggan bisnis sebesar 12,3 TWh dan pelanggan industri sebanyak 4,3 TWh. 

"Tahun 2019 pencapaiannya luar biasa. Kita harapkan tahun ini investasi menggeliat apalagi ada Omnibus Law. Tahun ini revenue ditargetkan naik 5 persen-6 persen," kata Ikhsan, Senin (24/2).

Ikhsan menuturkan konsumsi listrik pelanggan industri di Jakarta memang lebih rendah dibandingkan pelanggan rumah tangga. Hal ini lantaran berangsur-angsurnya pelaku industri keluar Jakarta seiring dengan regulasi zonasi pemerintah daerah. Dengan regulasi itu maka Jakarta bakal menjadi kota bisnis. Adapun porsi pelanggan bisnis PLN Disjaya saat ini mencapai 20 persen sementara porsi pelanggan rumah tangga sebesar 70 persen.

PLN Disjaya, lanjut Ikhsan, optimistis target tahun ini bakal tercapai. Pendapatan itu antara lain dari penambahan pelanggan rumah tangga di daerah perbatasan Jakarta seperti Pondok Gede dan Ciputat.

Optimisme pun didukung oleh pertumbuhan gedung-gedung perkantoran maupun kawasan bisnis baru. Bahkan ketika proses konstruksi kawasan bisnis dan perkantoran pun PLN sudah mendistribusikan pasokan listrik melalui powerbank. Dengan begitu kebutuhan listrik selama konstruksi tak lagi menggunakan genset. Dia mengungkapkan power bank lebih ramah lingkungan dan efisien serta dikenakan tarif layanan khusus sebesar Rp1.644/kWh.

Beberapa industri yang menggunakan genset pada saat beban puncak mulai beralih memakai power bank. Sementara bagi pelanggan industri dengan daya diatas 200 kilo volt ampere (kVA) diberi potongan tarif bila beroperasi dari pukul 22.00-08.00. Program diskon itu sudah bergulir sejak Desember 2019 kemarin dan berlaku hingga akhir Februari ini. Namun Ikhsan mengungkapkan program diskon tersebut bisa diperpanjang. 

"Sebanyak 137 pelanggan industri yang sudah menikmati diskon tarif. Terutama industri padat karya," kata Ikhsan.

Dikatakannya PLN Disjaya pun siap menyongsong era kendaraan berbasis baterai. Sejumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) telah terpasang di sejumlah titik. Namun hingga kini belum ada regulasi yang menetapkan tarif pengisian daya tersebut. Ikhsan mengungkapkan pihaknya berencana melakukan survei ke masyarkat terkait besaran tarif ideal pengisian daya kendaraan listrik. "Tentunya tarifnya lebih murah daripada mengisi BBM di kendaraan konvensional," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement