Selasa 18 Feb 2020 07:23 WIB

Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp 5.535 Triliun

Posisi utang luar negeri Indonesia per akhir kuartal IV 2019 tumbuh 7,7 persen (yoy)

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Peningkatan utang luar negeri
Foto: republika
Peningkatan utang luar negeri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) merilis catatan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir kuartal IV 2019 yang mengalami perlambatan. Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal IV 2019 tercatat sebesar 404,3 miliar dolar AS atau Rp 5.535 triliun.

ULN terdiri dari utang sektor publik yakni pemerintah dan bank sentral sebesar 202,9 miliar dolar AS dan utang sektor swasta, termasuk BUMN sebesar 201,4 miliar dolar AS. ULN Indonesia tersebut tumbuh sebesar 7,7 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan ULN pada kuartal sebelumnya sebesar 10,4 persen (yoy).

Baca Juga

"Perkembangan tersebut disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN pemerintah dan ULN swasta," katanya dalam keterangan pers, Senin (17/2).

ULN Pemerintah tumbuh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya. Posisi ULN pemerintah pada akhir kuartal IV 2019 tercatat sebesar 199,9 miliar dolar AS atau tumbuh 9,1 persen (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 10,3 persen (yoy).

Pertumbuhan ULN pemerintah tersebut ditopang oleh arus masuk investasi nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik. Juga, penerbitan dual currency global bonds dalam mata uang dolar AS dan euro.

"Hal tersebut mencerminkan kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian domestik yang tinggi dan imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun," katanya.

Pengelolaan ULN pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan. Porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Diantaranya, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 19,1 persen dari total ULN pemerintah, sektor konstruksi sebesar 16,6 persen, sektor jasa pendidikan sebesar 16,2 persen, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 15,4 persen, serta sektor jasa keuangan dan asuransi 13,3 persen.

Tren perlambatan ULN swasta berlanjut dari kuartal sebelumnya. Pertumbuhan ULN swasta pada akhir kuartal IV 2019 tercatat sebesar 6,5 persen (yoy). Menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 10,8 persen (yoy).

Perkembangan ini dipengaruhi oleh perlambatan ULN Lembaga Keuangan dari 6,8 persen (yoy) menjadi 2,9 persen (yoy). Serta, perlambatan ULN Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan (PBLK) dari 12,1 persen (yoy) menjadi 7,6 persen (yoy).

Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,9 persen.

BI menilai struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan IV 2019 sebesar 36,1 persen.

Angkat tersebut relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada kuartal sebelumnya. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,3 persen dari total ULN.

Dalam rangka menjaga struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN. Ini didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

"Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement