Senin 17 Feb 2020 11:46 WIB

Neraca Perdagangan Januari Defisit 860 Juta Dolar AS

Defisit pada Januari 2020 terutama dikarenakan neraca dagang migas yang masih defisit

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Neraca perdagangan
Foto: Republika
Neraca perdagangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 masih mengalami defisit sebesar 860 juta dolar AS. Nilai ini lebih kecil dibandingkan defisit Januari 2019 yang sebesar 1,06 miliar dolar AS.

Namun dibandingkan defisit Januari 2018, angka defisit perdagangan pada Januari 2020 tetap lebih besar. Defisit perdagangan pada Januari 2018 tercatat sebesar 730 juta dolar AS.

Baca Juga

Defisit pada bulan lalu terjadi karena nilai ekspor lebih kecil dibandingkan nilai impor. Tercatat, nilai ekspor selama Januari 2020 sebesar 13,41 miliar dolar AS, sedangkan nilai impor mencapai 14,27 miliar dolar AS.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pemerintah kini sudah membuat berbagai kebijakan yang telah diimplementasikan untuk memperbaiki neraca dagang. Di antaranya penerapan B30.

"Diharapkan, kebijakan ini bergulir mulus di lapangan sehingga neraca dagang dapat membaik dan jadi surplus," tuturnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (17/2).

Defisit pada Januari 2020 terutama dikarenakan neraca dagang migas yang masih defisit hingga 1,18 miliar dolar AS. Sedangkan, neraca dagang non migas mengalami surplus 317 juta dolar AS.

Apabila dibandingkan dengan Desember 2019, neraca dagang bulan lalu lebih dalam. Pada Desember defisitnya adalah 28,2 juta dolar AS.

Suhariyanto menjelaskan banyak perkembangan yang terjadi selama Desember 2019 sampai Januari 2020. Di antaranya, penurunan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ ICP) sebesar 2,68 persen dari 67,18 dolar AS per barel menjadi 65,38 dolar AS per barel.

Selain itu, beberapa komoditas non migas meningkat pada Desember ke Januari. Suhariyanto menyebutkan, di antaranya adalah minyak sawit, batu bara dan karet yang masing-masing mengalami peningkatan 8,44 persen, 6,5 persen dan 1,2 persen. Di sisi lain, ada komodtas yang mengalami penurunan harga seperti nikel, tembaga dan timah.

"Fluktuasi harga itu akan terpengaruh ke nilai ekspor dan impor di bulan Januari 2020," kata Suhariyanto.

Sebelumnya, BPS mencatat, angka defisit neraca perdagangan Indonesia pada 2019 mengalami penurun tajam, sebesar 3,2 miliar dolar AS. Total ekspor pada periode Januari-Desember 2019 tercatat sebesar 167,53 miliar dolar AS dan impor 170,72 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement