Senin 17 Feb 2020 11:28 WIB

Perekonomian Jepang Menurun Terdampak Virus Corona

Jepang menjadi negara kedua dengan kasus COVID-19 terbanyak setelah China.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas berpakaian pelindung berdiri di dekat kapal pesiar Diamond Princess berlabuh di Pelabuhan Yokohama untuk mengisi perbekalan di Yokohama, Jepang, Kamis (6/2).  Petugas kesehatan mengkonfirmasi 10 kasus baru positif virus corona selain temuan 10 kasus Rabu kemarin.
Foto: Eugene Hoshiko/AP Photo
Petugas berpakaian pelindung berdiri di dekat kapal pesiar Diamond Princess berlabuh di Pelabuhan Yokohama untuk mengisi perbekalan di Yokohama, Jepang, Kamis (6/2). Petugas kesehatan mengkonfirmasi 10 kasus baru positif virus corona selain temuan 10 kasus Rabu kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Perekonomian Jepang menyusut pada laju tahunan 6,3 persen kuartal terakhir. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dri bencana angin topan dan belanja konsumen yang menurun.

Data ekonomi yang dirilis pada Senin (16/2) oleh kantor Kabinet Jepang datang di tengah kekhawatiran mengenai penurunan yang dapat terus berlanjut di Negeri Matahari Terbit itu. Salah satu faktor utama adalah wabah virus corona jenis baru atau COVID-19 yang dimulai di China pada Desember 2019 dan menyebar ke sejumlah negara.

Baca Juga

Jepang menjadi negara kedua dengan kasus COVID-19 terbanyak setelah China. Produk domestik bruto Jepang (PDB), jumlah nilai produk, dan layanan suatu negara turun 1,6 persen dalam tiga bulan terakhir pada kuarta ke 2019.

Tingkat tahunan menunjukkan apa yang akan terjadi jika laju yang sama terus selama satu tahun. Kontraksi untuk periode Oktober-Desember adalah Jepang pertama dalam lebih dari setahun.

Jumlah penurunan adalah yang terburuk dalam lima tahun terakhir. Hal ini juga membuat indeks saham acuan Nikkei 225 jatuh dalam perdagangan pada Senin (16/2).

Permintaan domestik turun di kuartal ini dengan laju tahunan 8,0 persen. Pengeluaran orang-orang yang terganggu adalah dengan kenaikan pajak konsumsi dari 8 persen menjadi 10 persen pada Oktober 2019. Ekspor dan impor jatuh selama kuartal tersebut.

Wabah virus corona baru kemungkinan akan mempengaruhi berbagai aspek ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang telah mengandalkan wisatawan dari China untuk mempertahankan pertumbuhan, namun kini kunjungan tersebut menyusut karena pembatasan agar virus tidak menyebar lebih luas.

"Kekhawatiran terhadap ekonomi yang berfokus pada ekspor adalah tekanan yang terus-menerus di tengah virus corona,” kata Jingyi Pan, ahli strategi pasar di IG Singapura terhadap PDB Jepang, Selasa (18/2).

Banyak perusahaan di Jepang telah menghentikan atau menyesuaikan produksi karena gangguan rantai pasokan atau penangguhan pekerjaan di pabrik mereka sendiri di China. Secara keseluruhan, jumlah konsumsi orang-orang cenderung turun karena menghindari berbagai tempat keramaian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement