REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut US International Development Finance Corporation (Korporasi Keuangan Pembangunan Internasional AS/DFC) akan berinvetasi di Indonesia.
"Angkanya tidak spektakuler tapi kemauan mereka masuk beri confidence kepada perusahaan Amerika. Itu yang paling penting," kata Luhut yang ditemui di Washington DC, AS, Kamis (14/2) malam waktu setempat.
Luhut menjelaskan nantinya investasi DFC akan masuk ke Indonesia melalui Sovereign Wealth Fund (SWF) yang digagas pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan lembaga itu juga bisa menanamkan modal langsung ke sejumlah proyek tanpa melalui SWF.
"Tapi SWF ini jadi indikator kalau DFC mau masuk ke situ. Kita sedang tunggu Undang-Undangnya selesai, mungkin 100 hari (rampung). Setelah jadi mereka langsung masuk," katanya.
Luhut berharap pertengahan Maret mendatang saat Presiden Jokowi datang ke AS untuk menghadiri acara US-ASEAN Summit 2020, sudah ada pengumuman tahap awal soal nilai investasi yang akan dikucurkan DFC. "Mereka mau masuk di hydropower, toll road, seaport, airport, dan ibu kota baru. Spesifiknya di teknologi seperti autonomous electric vehicle dan lainnya," katanya.
DFC, menilai Indonesia sebagai pasar yang sangat potensial untuk digarap. Lembaga itu memang menyasar investasi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
DFC memiliki dana investasi dari pemerintah AS sebesar 60 miliar dolar AS (sekitar Rp 840 triliun) dan bisa berkembang empat hingga lima kali lipat menjadi 200 miliar dolar AS (sekitar Rp 2.800 triliun, kurs Rp 14 ribu).
Sebagai bukti keseriusan, lembaga itu bahkan berniat untuk membuka kantor perwakilan di Jakarta agar bisa menggarap potensi investasi di Tanah Air.